Indahnya Kebersamaan, Sekolah NU Ini Mayoritas Gurunya Muhammadiyah

- 1/28/2017

Indahnya Kebersamaan, Sekolah NU Ini Mayoritas Gurunya Muhammadiyah

 

Kang Ranto, begitu aku biasa memanggilnya. Nama lengkapnya adalah Drs. Sugiranto, M.Pd. Beliau adalah guru SLB Maarif Muntilan, sekaligus sekretaris Panitia Pengadaan Tanah sekolah tersebut. Selain mengajar, Kang Ranto juga punya perusahaan konveksi yang tenaga kerjanya adalah para mantan siswa SLB yang sudah dididik olehnya. Beliau juga punya toko alat olahraga yang dikelola oleh istrinya. Selain olah raga, hobi beliau adalah memelihara burung murai. Dan di desanya dikenal sebagai orang yang suka memberdayakan pemuda dan masyarakat lewat ternak cacing. Dan itu menghantarnya masuk TV Jogja sebagai narasumber dalam acara kontak tani.
Kang Ranto mengajar di SLB Maarif Muntilan sejak tahun 1993. Yang paling aku suka dari beliau adalah semangat dan komitmennya dalam mengelola anak-anak berkebutuhan khusus. Bisa dibilang setiap hari Kang Ranto pulang dari sekolah setelah pukul 17.00. Hari-harinya habis di sekolah. Entah itu untuk memberesi administrasi pelaporan, membuat PTK (penelitian tindakan kelas), bahkan menunggui tukang mengecat tembok sekolah hingga dini hari. Dan yang paling membuat aku suka padanya adalah kesamaan visi denganku, selaku ketua Yayasan.
Dialog malam ini kuhabiskan bersamanya dengan tema wasilah (sarana) dan ghoyah (tujuan). Bagi kami, saya dan Kang Ranto, NU dan Muhammadiyah hanyalah suatu wasilah atau alat untuk mencapai tujuan. Adapun tujuannya adalah mencari ridlo Allah SWT. Oleh karena itu meskipun Kang Ranto adalah Muhammadiyah dan saya NU, namun kami satu hati dalam mengabdikan diri pada anak-anak SLB. Demikian juga ketika anak-anak itu memerlukan tempat belajar, maka kami sepakat untuk menyatukan diri berhimpun dan bergerak mencari dana lewat Panitia Pengadaan Tanah SLB Maarif Muntilan.
Kang Ranto tidak sendirian. Di SLB Maarif Muntilan yang gurunya berjumlah 25 orang, 20 orang gurunya berlatar belakang Muhammadiyah, sedang sisanya NU. Sejak SLB ini berdiri, komposisinya tetap didominasi Muhammadiyah. Begitu juga kepala sekolahnya, Bapak Suyadi,S.Pd sebagai kepala sejak sekolah ini berdiri. Beliau dari kalangan Muhamadiyah. Namun, itu tidak menjadikan masalah dalam mengelola ABK (anak berkebutuhan khusus). Sebagai pendiri (alm) Pak Sagimin dan Pengurus LP Maarif NU Muntilan yang lain selalu mengedepankan asas profesionalisme dan kerja sama. Oleh karena itu latar belakang Muhammadiyah para guru tidak menjadi ganjalan, sepanjang mereka berlaku profesional. Para guru PNS DPK tersebut mengabdi sepenuh hati di sekolah ini. Bahkan karena kebanyakan orang tua siswa berasal dari kalangan miskin, para guru tersebut dengan rela hati merogoh uang dari kantongnya sendiri untuk memberi uang transport anak-anak yang malang itu. Ketika kutanya mengapa begitu, jawabnya adalah tidak tega melihat anak-anak tak mampu sekolah karena orang tua tak mampu memberi uang saku dan transportasi. Masyaallah, sungguh mulia hati Bapak Ibu guru SLB tersebut.
Para guru mulia tersebut tidak pernah membahas perbedaan NU-Muhammadiyah di sekolah. Mereka lebih banyak mencari persamaannya. Bekerja dengan dilandasi ibadah, yakni mendidik anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) agar bisa mandiri, tidak merepotkan orang tua dan saudaranya menjadi tujuan para guru itu. Sedang kan pelajaran agama Islam diajarkan sesuai dengan amaliah orang NU karena SLB Maarif Muntilan adalah milik NU.
Meskipun Kang Ranto sejak kecil adalah Muhamadiyah tulen, namun ia terbiasa ikut mujahadah ala NU di SLB Maarif Muntilan. Demikian juga guru-guru yang lain. Mereka tetap menghormati amaliah dan kebiasaan Nahdliyin yang dilestarikan setiap malam Kamis di sekolahnya.
Demikian pula, pengaruh suka beramal ala Muhamadiyah juga terasa kental di SLB Maarif Muntilan. Kesadaran berinfak, sedakah, sangat ditekankan oleh seluruh guru di sana. Semoga semangat kebersamaan NU-Muhamadiyah tetap terjaga dan menjadi ladang amal guru-guru tersebut. Saya sendiri sebagai ketua yayasan telah menyaksikan sendiri bagaimana semangat para guru untuk memenuhi kebutuhan tanah SLB untuk memperluas daya tampung siswa ABK yang bertambah tahun semakin meningkat. Tanah seluas 1.113 meter persegi telah terbeli seharga Rp1,5 miliar dengan berutang di salah satu bank. Dengan kesadaran diri mereka mempelopori pembelian tanah dengan menyetorkan minimal satu bulan gaji mereka (kira-kira Rp4 juta). Namun itu belum cukup. SLB masih berutang sebanyak Rp 1 miliar dengan cicilan Rp18,2 juta per bulan selama 10 tahun.
Kami atas nama Panitia Pembelian Tanah SLB Maarif Muntilan telah menjaminkan diri kami untuk menanggung pelunasan hutang itu selama 10 tahun. Namun siapa yang bisa menjamin bahwa nyawa kami masih tetap bertahan hingga 10 tahun mendatang. Untuk itu kami mohon bantuan kepada Bapak/Ibu dermawan di mana pun berada. Tidak memandang latar belakang agama dan golongan. Sudilah kiranya untuk membantu mengurangi beban kami dengan membantu pelunasan pembelian tanah tersebut. Semakin banyak yang membantu, semakin ringan beban yang kami tanggung. Semoga saat pelunasan hutang tersebut, kami semua masih diberikan kesempatan oleh Allah SWT untuk menyaksikan anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) SLB Maarif Muntilan belajar di gedung baru yang representatif pada lahan tersebut. Amin. Ladang amal tersebut kami buka lewat Rekening BRI Nomor 0251-01- 009271-53-6 a.n Panitia Pengadaan Tanah SLB Maarif Muntilan. Jazakumulloh ahsanal jaza’.
Muh Muslih, Ketua LP Ma'arif MWCNU Muntilan, Magelang, Jawa Tengah via nu.or.id


Source Article and Picture : www.wartaislami.com

Seputar Indahnya Kebersamaan, Sekolah NU Ini Mayoritas Gurunya Muhammadiyah

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Indahnya Kebersamaan, Sekolah NU Ini Mayoritas Gurunya Muhammadiyah