Menjawab Keberatan Geert Wilders terhadap Al-Qur'an

- 12/16/2016

Menjawab Keberatan Geert Wilders terhadap Al-Qur'an

 
Geert Wilders dan Misinterpretasi ayat-ayat Al-Qur'an
By Naveed and Humera Malik
Seorang anggota parleman dan Islamophobia, Geert Wilders adalah seorang penulis buku "Marked for Death: Islam's War Against the West and Me (Dicap mati: Perang antara Islam dengan Dunia Barat dan Saya), dan juga seorang produser film dokumenter yang mendeskreditkan Islam yaitu film Fitna yang menggambarkan Al-Qur'an sebagai kitab kekerasan yang mengajarkan kejahatan. Meskipun sifat fanatismenya itu tidak hanya tertuju pada Islam - pada bulan Februari misalnya partai politiknya meluncurkan sebuah situs yang mendorong masyarakat Belanda untuk 'melaporkan orang-orang Eropa Timur (para imigran) yang melakukan hal apa saja dalam merebut ruang parkir anda sampai mengambil pekerjaan anda' – tetapi pidato kebencian utamanya adalah ditujukan pada Islam. Akhir tahun ini Wilders berencana akan merilis Fitna 2, yang berfokus pada Nabi Muhammad saw.
Geert Wilders dan Misinterpretasi ayat Al-Qur'anKritik utamanya terhadap Islam adalah Al-Qur'an mengajarkan kekerasan, ekstremisme dan perang. Bagian I dari artikel ini akan membahas tentang buku barunya, bagian II dan III akan membahas ayat-ayat yang digunakan untuk mengkritisi Al-Qur'an, dan juga mengungkapkan tidak hanya ketidakjujuran dan prasangka ekstremnya tapi juga ketidaktahuannya tentang ajaran Islam yang sebenarnya.
BAGIAN I: DICAP MATI


Otobiografi terakhir Wilders yang terlalu melebih-lebihkan dirinya sendiri, merupakan upaya tidak tahu malu yang mengarahkannya pada kekayaan dan hubungan baik dengan para anti Islam Amerika. Adapun perhatian dari kritiknya di bukunya ini sebenarnya lebih lemah daripada film dokumenter Fitna dan tidak ada poin serius dalam pertimbangannya.


Kami pikir sangat disayangkan bahwa ia harus hidup di dalam ketakutan yang terus menerus, dan sebagai Muslim yang cinta damai - Jamaah Muslim Ahmadiyah telah menandai Wilders untuk debat, bukan kematian, sehingga kita bisa menghilangkan semua kesalahpahamannya tentang Islam. Tetapi walau bagaimanapun kami berterimakasih kepada Wilders yang telah menulis bukunya, karena ketika kita mengeskpose tuduhan sebagai kebohongan yang tak berdasar, maka akan lebih mudah membawa pembaca untuk memahami ajaran indah Islam sebenarnya.
Sementara sanggahan rinci sedang direncanakan dalam waktu dekat, disini kita akan melihat beberapa contoh yang mewakili pendekatan licik Wilders untuk merusak Islam dalam bukunya.


Berkenaan dengan rekan parlemennya dan mantan Muslim, Ayaan Hirsi Ali, Wilders menulis dalam bukunya Marked for death: "Dengan menolak keimanan Islamnya, dia telah melakukan kemurtadan, suatu kejahatan utama dalam Islam, yang telah ditetapkan di dalam Al-Qur'an dengan hukuman mati, setelah Anda menjadi Islam Anda tidak akan pernah diizinkan untuk meninggalkannya " (emphasis mine, p.8)


Wilders mengklaim dia telah membaca Al-Qur'an berkali-kali. Faktanya: Tidak ada di manapun di dalam Al-Qur'an yang menetapkan kematian terhadap kemurtadan. Fakta yang lain: Tidak ada hukuman duniawi terhadap kemurtadan dalam Islam. Sementara Wilders gagal untuk memberikan satu ayat yang mendukung tuduhan palsunya yang terang-terangan - justru karena tidak ada - kami akan menyediakan tiga dalam bab-bab selanjutnya untuk menyangkalnya.

Di dalam Surah Albaqarah [2]:217 Al-Qur'an menjelaskan secara spesifik tentang murtad:

"Dan barangsiapa diantara kamu yang berpaling (murtad) dari agamanya..."



(catatan: Kata bahasa Arab yartadid adalah bentuk kata kerja dari irtidad atau murtad) Apa yang kita harapkan dengan membaca kalimat ini? Apakah mungkin dengan melakukan tindakan seperti memburu dan membunuhnya? Sebaliknya Al-Qur'an tidak menetapkan apa-apa bagi umat Islam terhadap orang seperti itu selama hidup. Ayat ini dilanjutkan:




"..dan mati sementara ia kafir, maka mereka itulah yang amalannya akan menjadi sia-sia di dunia dan akhirat”


Perhatikan kata bahasa Arab yang digunakan dalam ayat ini adalah 'yamut' (mati), jelas menandakan kematian alami. Al-Qur'an membedakan antara kematian alami dengan kematian melalui pembunuhan oleh manusia. Akan digunakan kata 'qutila' (dibunuh) seandainya yang dimaksudkan adalah yang kedua.

Dalam Surah Ali Imran Allah berfirman bahwa:




"Orang-orang yang telah kafir setelah beriman 'akan tinggal' di bawah laknat Allah, Malaikat dan manusia, 'kecuali orang-orang yang bertobat setelah iu dan memperbaiki diri. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (3:86-89).


Dalam Surah Annisa, Surah keempat kita baca:


"Orang-orang yang beriman kemudian kafir, kemudia beriman lagi, kemudian kafir..." (4:137).


Nah, jika Al-Qur'an memang mengatur hukuman mati bagi yang murtad mengapa harus dituliskan 'kecuali mereka yang bertobat' dari kemurtadan, atau membahas mereka yang 'kembali beriman' setelah kemurtadan mereka yang menurut Wilders mereka seharusnya sudah tewas. Fakta menyatakan bahwa tidak ada hukuman duniawi apapun untuk orang yang murtad dalam Islam, dan Wilders telah menyebarkan informasi yang salah.
BAGIAN II: FITNA


Di dalam film "Fitna" ditampilkan lima ayat Al-Qur'an yang masing-masing diikuti dengan berbagai adegan kekerasan atau kebencian, untuk memberikan citra bahwa Al-Qur'an mendorong kekerasan terhadap non-muslim. Kami akan sampaikan masing-masing ayat tersebut:
1. "Menakut-nakuti musuh (Al-Anfaal [8]:60). Ayat tersebut berbunyi:

"Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu."


Wilders telah menghilangkan sisa ayat-ayat terkait:

"..dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan). Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Al-Anfaal [8]:60-61)


Ayat ini memerintahkan umat Islam tentang bagaimana mencegah perang, bukan untuk menghasut. Tentara yang terlatih selalu menjadi benteng utama terhadap penyerbu yang bertekad melakukan penaklukan (misalnya orang-orang romawi dan persia yang bertetangga). Ayat ini memberikan bimbingan orang-orang beriman untuk mempersiapkan kekuatan penuh untuk membuat gentar musuh, bukannya memulai permusuhan ke arah itu. Ayat ini lebih lanjut memerintahkan orang beriman untuk membuat dinding pertahanan untuk mencegah pasukan asing yang ingin menyerang kota-kota Muslim. Ayat yang berikutnya memerintahkan umat Islam untuk 'cenderung pada perdamaian' jika musuh condong ke arah perdamaian. Jika demikian apa yang menjadi bahan kritikan?
2. Pembakaran kulit (Annisa [4]: 56). Ayat kedua berbunyi:


"Sesungguhnya orang-orang yang telah ingkar kepada Ayat-ayat Kami niscaya segera akan Kami masukkan mereka ke dalam Api. Dan setiap kali kulit mereka hangus, Kami menggantikannya dengan kulit lainnya, supaya mereka merasakan azab itu. Sesungguhnya adalah, Allah swt. Maha Perkasa, Maha Bijaksana".


Disini Allah menyatakan sendiri ketidaksenangan-Nya kepada orang-orang yang kepada mereka telah diberikan kitab yang diwahyukan tetapi mereka memutar balikkan kata dan lebih memilih menyembah berhala daripada menjadi Islam. Allah berjanji untuk orang-orang kafir seperti itu dengan hukuman neraka yang membara. Konsep non-kontroversial yang juga sejalan dengan ajaran Yahudi dan Kristen. Satu-satunya perbedaan adalah Islam mengajarkan konsep neraka yang sementara, neraka yang bersifat memperbaiki, sehingga ketika lapisan kulit jahat terbakar, 'kulit spiritual' baru melapisi orang-orang berdosa yang telah memperbaiki diri, sehingga ia dapat diterima ke Surga. Yang paling penting dari ayat ini adalah Allah taala sendiri yang akan menjadi Penghukum satu-satunya setelah kematian, bukan orang Islam.
3. "Pukullah leher dan ikat dengan belenggu" (Muhammad [47]:4)


Dalam ayat ini Wilders hanya mengutip bagian yang dia suka yaitu:


"Dan apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir (di medan perang) maka pukullah leher-leher mereka, hingga apabila (kamu telah mengalahkan mereka) maka perkuatlah belenggu mereka.."


Dia menghilangkan petikan ayat berikutnya:


"..kemudian sesudah itu melepaskan mereka sebagai suatu kebaikan atau dengan tebusan hingga perang berakhir. Demikianlah berlaku segala peraturan ..."


Ungkapan "dalam pertempuran" tidak muncul secara eksplisit dalam Al-Qur'an tetapi telah dimasukkan dalam terjemahan untuk menjelaskan konteks ayat, yang muncul dalam surat yang bernama "Muhammad" yang disebut juga Surah "Qital" atau "bertempur" untuk menjelaskan protokol peperangan. Benar-benar suatu kegilaan jika menunjukkan bahwa ayat tersebut berlaku untuk setiap situasi. Selama 1400 tahun Islam telah hidup berdampingan dengan non-muslim namun tidak sampai terjadi pemukulan leher mereka atau mengikat mereka dalam belenggu. Peraturan Al-Qur'an ini hanya berlaku dalam peperangan defensif, bukan agresi, dan Al-Qur'an mengajarkan umat Islam untuk condong pada perdamaian setelah musuh condong pada perdamaian. Wilders tidak bisa menjawab fakta sejarah selama 1400 tahun sampai sekarang, dimana orang-orang non-muslim bisa hidup damai dalam menjalankan keyakinan mereka di dalam negara yang mayoritas Muslim


4. "Tangkap dan Bunuh mereka" (An-Nisa [4]:90). Ayat tersebut berbunyi:


"Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka). Maka janganlah kamu jadikan di antara mereka penolong-penolong(mu), hingga mereka berhijrah pada jalan Allah. Maka jika mereka berpaling, tawan dan bunuhlah mereka di mana saja kamu menemuinya, dan janganlah kamu ambil seorangpun di antara mereka menjadi pelindung, dan jangan (pula) menjadi penolong".


Sekali lagi Wilders bersalah telah mengabaikan konteks ayat yang ada hubungannya dengan pertempuran, khususnya ayat yang berlaku ketika orang-orang kafir yang secara sepihak melanggar perjanjian damai mereka dengan umat Islam, yang pergi menyerang orang-orang Islam di Madinah. Ayat berikutnya (4:91) sebenarnya merupakan kelanjutan dari pesan yang sama dan memenuhi syarat perintah untuk tidak mengambil teman atau penolong dari antara mereka.


"..Kecuali orang-orang yang mempunyai hubungan dengan suatu kaum yang di antara kamu dengan mereka ada suatu perjanjian, atau mereka datang kepadamu sementara hati mereka kecut bila hendak memerangi kamu atau memerangi kaum mereka sendiri. [...] jika mereka menjauhkan diri dari kamu dan tidak memerangimu dan menawarkan kedamaian kepadamu, maka tidaklah Allah swt. mengadakan jalan bagimu untuk menyerang mereka."


Ayat 92 lebih ekspilisit menjelaskan kondisi beberapa kondisi yang diperlukan yang harus dipenuhi sebelum umat Islam diperbolehkan untuk mengangkat senjata melawan para agresor. Interpretasi sederhana ayat-ayat tersebut memperlihatkan bagaimana Wilders berupaya menipu pendengarnya dengan memproyeksikan gambar-gambar menyesatkan tentang Islam, sementara ia dengan sengaja menyembunyikan konteks yang jelas dari Al-Qur'an.
5. Lawanlah mereka (Al-Anfaal [8]: 39).


Ayat terakhir ini merupakan upaya terburuk Wilders untuk menggambarkan Al-Qur'an dalam citra negatif. Dia mengutip ayat berikut:


"Dan perangilah mereka sampai tidak ada penganiayaan dan agama sepenuhnya bagi Allah."


Dia menghilangkan sisa ayat berikutnya yang berbunyi:


'..tetapi, jika mereka berhenti, maka sesungguhnya Allah swt. Maha Melihat apa-apa yang mereka kerjakan."


Dan ia juga gagal mengutip ayat terkait sebelumnya.


"Katakanlah kepada orang-orang yang ingkar, “Jika mereka berhenti dari apa-apa yang telah lampau (yaitu kejahatan besar mereka terhadap kemanusiaan, yang jika dilihat dari jumlahnya pada saat ini sampai pada tindakan genosida), mereka akan diampuni; dan jika mereka kembali kepada perbuatan salah, maka sesungguhnya telah berlaku sunnah Allah swt. terhadap orang-orang terdahulu. (8:38)


Secara bersama, ayat-ayat ini dengan jelas menunjukkan bahwa umat Islam diperintahkan untuk menawarkan perdamaian dan memaafkan kepada musuh mereka yang kejam. Sebuah tawaran yang sangat murah hati. Tetapi jika para penindas itu gagal dalam menerimanya, umat Islam diperintahkan untuk membela diri dengan tegas, suatu tindakan yang setiap bangsa saat ini menyebutnya sebagai hak kedaulatan dan tanggung jawab. Dan hal ini bukan pada tindakan mereka yang pertama, namun serangkaian tindakan pelanggaran mereka yang terakhir, hal ini menjadi jelas bahwa kafir tidak akan menyerah sampai kaum muslimin dimusnahkan sehingga orang Islam diperintahkan untuk berjuang sampai mencapai kemenangan akhir. Wilders mencoba untuk menyesatkan para pendengarnya dengan menterjemahkan Fitna sebagai "pertikaian" sedangkan dalam konteks yang tepat kata tersebut dipahami sebagai "penganiayaan" terhadap kaum Muslimin, karena mereka adalah kelompok yang lebih kecil, lebih lemah yang tidak bersalah yang sedang diserang secara brutal oleh orang-orang musyrik karena keimanan mereka pada satu Tuhan.


BAGIAN III: AL-QUR'AN MENGHASUT PADA KEKERASAN
Dengan cara pemelintiran ayat-ayat Al-Qur'an, Wilders telah menyerukan larangan terhadap Al-Qur'an di Belanda, yang melabelinya sebagai kitab ''fasis" dan menyatakan bahwa Al-Qur'an mengajarkan pada agresi dan ekstremisme. Selain ayat-ayat yang dikutip dalam Fitna, Wilders sering menyajikan Surah At-Taubah: 4 sebagai bukti bahwa Islam menyerukan kekerasan terhadap orang-orang Yahudi dan Kristen. Ayat- tersebut berbunyi:


Maka, apabila bulan-bulan haram itu lewat, maka bunuhlah orang-orang musyrik itu di mana saja kamu jumpai mereka, dan lawanlah mereka dan kepunglah mereka dalam benteng mereka, dan dudukilah setiap tempat pengintaian untuk mengintai mereka. Tetapi, jika mereka bertobat serta dawan mendirikan shalat dan membayar zakat, maka bukalah jalan mereka. Sesungguhnya Allah swt. Maha Pengampun, Maha Penyayang.''


Hadhrat Mirza Masroor Ahmad pemimpin tertinggi Jamaah Muslim Ahmadiyah seluruh dunia menjawab langsung tuduhan Wilders tersebut dengan menjelaskan bahwa ayat tersebut menyangkut kelompok yang spesifik (yaitu para penyembah berhala yang telah melanggar perjanjian damai dengan Muslim dan melakukan perjalanan ke Madinah dalam upaya membunuh mereka), sedangkan Wilders mencoba menerapkannya terhadap semua non-muslim untuk setiap masa (perhatikan bahwa hukuman mati bagi kejahatan keji saat ini dipraktekkan di Amerika Serikat dan lebih dari 50 negara lain di seluruh dunia). Hal ini perlu juga diingat bahwa ayat-ayat sebelumnya memberikan waktu selama 4 bulan untuk mempertimbangkan kembali tindakan mereka dan menghentikan permusuhan. Sayangnya setelah empat bulan berlalu musuh-musuh Islam terus melakukan permusuhan terhadap kaum Muslimin. Sampai akhirnya Rasulullah saw diperintahkan oleh Allah taala menghadapi mereka dalam peperangan untuk membela umat Islam dan agama Islam.Meskipun hukuman mati layak ditetapkan, Tuhan Islam menyerukan belas kasih kepada para pembunuh kejam yang bertobat dan menerima Islam selama bulan-bulan suci. Wilders kemudian mencoba untuk membuatnya tampak seolah-olah tindakan penuh kasih sayang tersebut sebagai ajakan kepada Islam dengan kekerasan. Jika para penyembah berhala itu masuk Islam dengan paksaan maka hal itu akan bertentangan dengan Al-Qur'an yang menyatakan,


"Tidak boleh ada paksaan dalam agama" (2:275) dan "untuk mu agamamu, untukku agamaku" (109:6), yang pada dasarnya merupakan larangan untuk memeluk Islam dengan paksaan. Dan sebaliknya ayat ini menekankan kebebasan beragama. Akhirnya harus ditekankan banyak "penyembah berhala" (al-Musyrikiin) secara definisi tidak termasuk untuk orang-orang Yahudi dan Kristen yang oleh Al-Qur'an mereka disebut sebagai ahlul-kitab (orang-orang kitab) yang diajarkan pada keimanan satu Tuhan.


Hal-Hal lain dari Wilders
Meskipun artikel ini memaparkan kritikan utama Wilders terhadap Al-Qur'an yang dilakukan secara tidak jujur dan tidak berdasar, karena pertimbangan ruang, telah mengabaikan sejumlah isu lain termasuk kritik yang tak kalah konyolnya terhadap Islam seperti perempuan Islam tidak dihargai; Wilders diberitakan telah menjalin hubungan dengan individu-individu dan entitas-entitas diluar Belanda yang mendukung aktivitas anti Islamnya dan mendanai partainya, Party for Freedom (PVV); konsekuensi hukum dari pidato kebenciannya termasuk sidang di tahun 2010 dimana ia dituduh menghasut kebencian, dan larangan memasuki Inggris dan sejumlah tempat lainnya menunjukkan bahwa Wilders merupakan bagian dari kampanye anti Islam yang lebih besar yang disanggah dengan dukungan keuangan organisasi. Apakah Wilders adalah seorang kritikus Islam yang jujur atau serius
Islam atau Muslim?


Wilders terkenal karena mengatakan "saya tidak membenci Muslim - saya membenci Islam" ironisnya untuk membenarkan kebencian ini Wilders selalu mengaitkan tindakan keliru sebagian Muslim dengan ajaran murni Islam.


Kita tidak menyangkal bahwa ada orang-orang Islam tertentu telah memelintir ajaran Islam sesuai hekendak mereka sendiri sama seperti orang-orang sebelum mereka yang telah merusak ajaran murni yang telah diberikan kepada mereka sesuai dengan tujuan mereka sendiri.


Untuk alasan ini Allah taala telah mengutus Al Masihil-Mau'ud, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad untuk melepaskan Islam dari keyakinan dan praktek yang salah dari para ulama-ulama yang keliru. Para pembaca yang tertarik harus mempelajarai kehidupan dan klaim beliau. Jamaahnya berdiri kontras dengan apa yang digambarkan oleh Wilders - yaitu sebagai pembawa obor Islam. Moto Ahmadiyah yang tidak sekedar hanya ajaran tetapi praktek yaitu "Love for all hatred for none". Jadi jika Wilders tetap menilai Islam berdasarkan atas perilaku beberapa umat Islam (oknum), biarkan dia melihat pada Ahmadi Muslim. Dia akan menemukan jamaah yang damai, moderat, yang bukan mengirim undangan kematian tetapi undangan perdebatan.
(Endnotes)
1 Anthony Faiola, “In Ailing Europe, Far Right Finds a Growing Audience,” Washington Post, May 1, 2012, A1.
2 The Ahmadiyya Muslim Community’s translation and numbering of the Holy Qur’an is used for this article, not that of “Fitna.”
3 Friday Sermon by Khalifatul Masih V, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad atba, August 24, 2007.
4 In particular, reference is made to five tribes:
Banu Khuza’ah, Banu Mudlij, Banu Bakr, Banu Damrah, and Banu Sulaim, who did not honor the treaties they made with the Muslims.
5 Ian Traynor,“ ‘I don’t hate Muslims. I hate Islam, ’ says Holland’s rising political star” The Observor, February 16, 2008. http://www.guardian.co.uk/world/2008/feb/17/netherlands.Islam. Last accessed May 22, 2012.
Translated by: Khaeruddin Ahmad Jusmansyah
Sumber tulisan: http://muslimsunrise.com/dmddocuments/2012_summer.pdf
Sumber : 1artikelislam.blogspot.co.id

Seputar Menjawab Keberatan Geert Wilders terhadap Al-Qur'an

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Menjawab Keberatan Geert Wilders terhadap Al-Qur'an