Tinjauan 100 tahun ke-Khalifah-an Ahmadiyah
Tinjauan 100 tahun ke-Khalifah-an Ahmadiyah | Referensi terbaru di 2017 via web Artikel Islami. Rekomendasi konten lengkap terbaik. - Artikel Islami. Artikel ini di beri judul Tinjauan 100 tahun ke-Khalifah-an Ahmadiyah. Konten ini untuk anda pembaca setia https://islamizona.blogspot.com/. Bagikan juga postingan Tinjauan 100 tahun ke-Khalifah-an Ahmadiyah terbaru ini ke media kalian. Supaya blog seputar Artikel Islami dan website terkait serta kamu mendapat manfaat dari info ulasan Artikel Islami di 2017 ini. Langsung saja baca dan simak mengenai Tinjauan 100 tahun ke-Khalifah-an Ahmadiyah di bawah ini dari situs web Artikel Islami.Oleh Monsura A. Sirajee
Dalam sebuah pidato yang disampaikan oleh Hadhrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad pada tahun 1921, beliau menyatakan: "Al-Masihil Mau'ud telah menaburkan benih. Benih yang diberkahi tersebut telah ditakdirkan untuk menjadi sebuah pohon besar yang sarat dengan buah-buah yang berlimpah. Ingatlah bahwa kemajuan masa depan akan tergantung pada khilafat." Dan faktanya sekarang Jamaah Ahmadiyah telah merayakan Jubilee Khilafat, buah dari lembaga ini begitu nyata dan melimpah. Jamaah Ahmadiyah telah diberkati dengan bimbingan di bawah kepemimpinan lima khalifah yang beberkat, yang masing-masing telah berhasil berkhidmat berdasarkan kebutuhan waktu. Persatuan, struktur organisasi, keamanan, meningkatnya persaudaraan dan kepastian, masing-masing adalah hasil dari lembaga yang diberkati ini.
Detik-detik Menentukan
27 Mei pagi 1908, segera setelah wafatnya Al-Masihil Mau'ud Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad pada tanggal 26 mei, telah melahirkan era baru bagi Ahmadiyah. Di detik-detik menentukan dalam sejarah, Jamaah yang masih seumur jagung diliputi kekhawatiran akan masa depan Ahmadiyah. Meskipun banyak orang yang yakin bahwa kewafatan Hadhrat Ahmad akan merupakan tanda kematian Ahmadiyah. Tetapi dengan berkat dan rahmat Allah taala, sebagaimana Islam dilindungi oleh Khalifatur-Rasyidin sepeninggal Rasulullah saw, Allah taala juga memberikan berkat yang sama bagi Ahmadiyah dalam bentuk Khilafat Ahmadiyah.
Seperti Abu Bakar ra, Hadhrat Hakeem Nuruddin, Khalifatul Masih awwal ditakdirkan untuk membentuk persatuan yang sangat diperlukan bagi jamaah yang masih rentan. Semangat yang ada pada waktu itu adalah kebutuhan akan seorang pemimpin yang bisa memberikan rasa solidaritas, dan menurut Muhammad Zafrullah Khan, karunia Allah telah diberikan pada Hadhrat Nuruddin untuk melakukan perannya dengan baik. Pada saat kewafatanya, pada bulan Maret 1914, Ahmadiyah telah sepenuhnya terjaga dari gangguan dan disintegrasi. Hadhrat Nuruddin telah meletakkan perhatian khusus pada pendidikan dan tabligh pesan-pesan Masih Mau'ud melalui pena (tulisan). Semasa hidup Mirza Ghulam Ahmad, telah diputuskan bahwa hal yang terpenting dari generasi baru ulama Islam yang akan menggantikan yang lama adalah melanjutkan penyebaran Islam. Karena itu Khalifatul Masih I mendirikan departemen ta'lim khusus, Dan pada 1 maret 1909 diletakkan batu pertama bagi Madrasah Ahmadiyah. Meskipun kekhalifahan beliau relatif singkat, pencapaian pekerjaan-pekerjaan Hadhrat Nuruddin belum pernah terjadi sebelumnya. Ahmadiyah berani menghadapi 'tantangan' yang dilemparkan oleh beberapa anggota Ahmadiyah yang terkemuka dan terus maju ke depan setelah keberhasilan di bawah bimbingan dan pembinaan dari khalifah pertama.
Khalifah II: Hadhrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad
Hadhrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad, Reformer yang dijanjikan menghadapi penentangan yang bahkan lebih gencar dari Khalifah pertama, dan hanya beberapa hari sebelum berlalunya Khalifah Pertama, Mahmud Ahmad merasakan bahaya perpecahan. Banyak yang mengutuk lembaga khilafat. Ketika beliau terpilih beberapa orang menuduh bahwa pemilihan adalah hasil dari manuver manusia dan manipulasi. Meskipun menghadapi beberapa kendala awal, di bawah kepemimpinan dinamis Khalifah, Jamaah Ahmadiyah berkembang dengan pesat. 52 tahun kekhalifahan beliau penuh dengan prestasi yang luar biasa, suatu tanda yang menunjukkan pertolongan Allah. Ahmadiyah telah bersatu di bahwa Khalifah Pertama dan sekarang waktunya untuk berkembang, pada saat yang sama juga mengatur departemen internal.
Segera setelah menjadi khalifah beliau mengumumkan bahwa tugas pertamanya adalah tabligh Islam. Salah satu prestasi yang terbesar adalah terjemahan Kitab Suci Alquran. Selama kekhlifahan beliau Alquran diterjemahkan ke beberapa bahasa yang berbeda, dengan konsep universalitas Islam - agama untuk semua umat manusia - dalam pikirannya, beliau berkeinginan untuk memperluas aksesibilitas Alquran, sehingga mereka yang tidak tahu bahasa Arab bisa memahami kemuliaan dan kebijaksanaan dari Kitab Ilahi dalam bahasa mereka masing-masing.
Sangat luar biasa, pencapaian prestasi yang menakjubkan ini hanya merupakan puncak gunung es bagi Ahmadiyah. Lebih dari 30 masjid dibangun hanya di Timur dan Afrika barat saja. Lebih banyak lagi dibangun di tempat-tempat seperti Washington DC, Hamburg, Frankfurt, Zurich, Den Haag, London, Denmark dan Swedia selama kekhalifahan beliau. 57 perguruan tinggi dan sekolah dijalankan dengan sukses di berbagai negara dan 112 surat kabar dan majalah diterbitkan dalam berbagai bahasa dunia. Salah satu surat kabar tersebut adalah Al Fazl, yang dengan cepat berjalan dari mingguan ke tiga mingguan dan akhirnya menjadi surat kabar harian. Sebagai hasil dari kontributor saudara-saudari ahmadi yang begitu banyak dan dibawah bimbingan editor mereka, Hadhrat Mushlih Mau'ud, delapan halaman setiap hari telah menjadi sarana untuk pendidikan akhlak masyarakat, perkembangan Islam dan pelestarian sejarah jemaat.
Selain upaya penyebaran Islam, Khalifah II juga mengatur perbaikan internal yang besar dengan struktur organisasi jemaat. Untuk mengkonsolidasikan dan mengatur jemaat, beliau mendirikan Anjuman pusat dan daerah yang diatur sedemikian rupa untuk membuat mereka mampu memikul tugas dan tanggung jawab jamaah. Organisasi seperti Khuddamul Ahmadiyah (organisasi laki-laki umur 15-40 tahun), Anshorulah (Laki-laki umur 40 tahun keatas) dan Lajnah Ima-ullah (Badan Perempuan Ahmadiyah) didirikan sehingga tarbiyat dapat diberikan berdasarkan badan-badan. Karena semangat yang membara dari jamaah, banyak hal yang dicapai dan lembaga khilafat berjaya.
Khalifah III: Hadhrat Mirza Nasir Ahmad
Dengan berlalunya Khalifah ke II Ahmadiyah telah bergerak melewati setiap ancaman perpecahan dalam Ahmadiyah. Keseragaman dan organisasi telah menjadi fokus utama dari khalifah pertama dan kedua. Sekarang Ahmadiyah memiliki tantangan yang berbeda: 'lautan' saudara muslim yang belum memiliki pemimpin yang terbimbing berupa lembaga khilafat. Dengan karunia Allah, kekuatan Ahmadiyah di bawah kepemimpinan Hafiz Mirza Nasir Ahmad, Khalifatul Masih III tetap bertahan. Dalam tahun-tahun pertama masa jabatan beliau, Khalifah III mampu memperkenalkan beberapa proyek baru termasuk Waqf Arzi, yang diciptakan untuk menggalakkan kegiatan belajar dan mengajar Alquran serta menanamkan pengetahuan agama untuk anggota lokal Ahmadiyah. Selanjutnya pada tahun 1965 Khalifatul Masih III mendirikan Yayasan Fazli Umar untuk mengenang Khalifatul Masih II. Tujuan utama lembaga ini adalah bantuan dalam pekerjaan penelitian, upaya pertablighan, pendidikan dan kesejahteraan ekonomi. Selama waktu ini, seruan yang dibuat Mirza Nasir Ahmad adalah mengumpulkan 2,5 juta rupee sebagai modal yayasan. Para anggota Ahmadiyah berpartisipasi dalam upaya ini dengan antusias dan akhirnya terkumpul biaya sampai 5,2 juta rupee pada tahun 1970. Pengikut Ahmadiyah sekali lagi menampilkan pengabdian setia ketika Khalifatul Masih III mengumumkan skema untuk pengembangan aktifitas Gerakan Afrika Barat melalui pembentukan sejumlah sekolah dan rumah sakit. Skema baru tersebut bernama Skema Nusrat Jehan (nama istri Masih Mau'ud) dan Khalifah menghimbau kepada anggota Ahmadiyah untuk mengumpulkan 100.000 poundsterling selama periode tiga tahun. Beliau juga menghimbau para guru Ahmadi dan dokter untuk menjadi sukarelawan untuk pengkhidmatan di negara-negara Afrika. Sekali lagi respon anggota Ahmadiyah dalam memberikan pengorbanan harta serta menjadi relawan sangat mengejutkan. Sekolah dan rumah sakit didirikan di Nigeria, Ghana, Liberia, Gambia dan Sierra Leone. Upaya gerakan ini tidak hanya memberikan pelayanan pendidikan dan kesehatan di daerah terpencil yang sama sekali tanpa ada fasilitas tersebut, tetapi yang lebih penting adalah kontak personal para dokter ahmadi dan pekerja lain dengan penduduk setempat telah terjalin ikatan yang kuat dari persaudaran internasional. Altruistik alami anggota Ahmadiyah dan dedikasi untuk semua skema adalah bukti luar biasa kekuatan Ahmadiyah- kekuatan yang telah dan masih sangat penting untuk menghadapi tantangan yang dihadapi Ahmadiyah dari Muslim radikal mainstream.
Tidak diragukan lagi, prestasi emas Hadhrat Mirza Nasir Ahmad adalah bimbingan yang beliau berikan kepada jamaah ketika Pakistan menyatakan Jemaat Ahmadiyah sebagai "Non Muslim minoritas". Setelah beberapa kekerasan anti Ahmadiyah terjadi di seluruh negeri, Perdana Menteri Pakista Bhutto dengan mengambil langkah politik yang menguntungkan, ia secara paksa menyatakan Ahmadiyah sebagai minoritas melalui legislasi. Selama itu, bahkan para pemilik toko diminta untuk tidak menjual persediaan-persediaan yang sangat diperlukan kepada para Ahmadi, dan sebagai akibatnya, para anggota jemaat tidak diberi kebutuhan dasar seperti makanan dan minuman. Pada tahun 1974 Ahmadiyah menghadapi gelombang penentangan kedua dari Anti Ahmadiyah. Selama periode ini rumah-rumah Ahmadi banyak yang dijarah dan dibakar, para anggota diboikot dan senjumlah anggota Ahmadiyah dibunuh. Namun demikian, Khalifah Nasir Ahmad meyakinkan para pengikut Ahmadiyah berulang-ulang bahwa penentangan ini hanya akan memperkuat keimanan mereka sebagaimana Rasulullah saw tercinta dan para pengikut beliau yang benar diuji dengan cara yang sama. Dengan karunia Allah taala jamaah dibawah kekhalifahan Hadhrat Mirza Nasir Ahmad, Khalifatul Masih III memenuhi semua tantangan yang berat ini dengan tabah.
Khalifah IV: Mirza Tahir Ahmad
Gerakan Ahmadiyah dalam Islam terus menunjukkan kemajuan yang cepat dibawah kepemimpinan dan bimbingan Khalifah keempat, Hadhrat Mirza Tahir Ahmad, yang terpilih pada tahun 1982. Ahmadiyah benar-benar tumbuh secara eksponensial selama kekhalifahan beliau. Lebih dari 5.200 masjid dibangun di seluruh dunia termasuk di negara-negara seperti Guatemala, Indonesia, Mauritius, Jerman, Trinidad dan Kepulauan Fiji, sebagai hasilnya Jemaat Ahmadiyah telah didirikan di 189 negara.
Pada 3 April 1987 Mirza Tahir Ahmad mengusulkan kepada para anggota Ahmadi untuk mendedikasikan anak-anak mereka guna kepentingan Islam sebelum mereka lahir. Para anggota Ahmadi antusias menerima inisiatif ini sejak pertamanya. Pada tahun 2000, 20.515 anak telah terdaftar ke dalam proyek ini dan jumlahnya meningkat dari hari ke hari.
Ketika mantan diktator terkenal dari Pakistan, Jendral Zia-ul Haq melarang penerbitan banyak buku, majalah dan surat kabar jemaat, Hahdrat Mirza Tahir Ahmad meluncurkan Televisi Muslim pertama, Muslim Television Ahmadiyya (MTA) pada 21 Agustus 1992 dari London. MTA telah ditonton oleh jutaan orang di lima benua dan begitu leluasa untuk mengatakan bahwa tidak ada pemimpin dunia yang khutbahnya ditonton dengan penuh kerinduan dan secara regular oleh para pengikutnya yang setia. Adalah penting untuk dicatat bahwa khutbah jumat setiap minggu diterjemahkan secara bersamaan ke dalam enam bahasa. Setahun setelah berdirinya MTA, Baiat Internasional pertama disiarkan dan sekarang diselenggarakan setiap tahun selama Jalsah Salanah Inggris pada bulan Juli. Acara ini disaksikan oleh jutaan anggota di seluruh dunia. Melalui MTA, suara Ahmadiyah mencapai penjuru dunia karena karena rahmat dan karunia Allah taala.
Pada tahun yang sama MTA didirikan, Jemaat Ahmadiyah mendirikan organisasi sosial yang disebut Humanity First, yang merupakan organisasi kemanusiaan yang memberikan bantuan kepada semua orang tanpa memandang ras, agama atau politik. Apa yang khusus dari Humanity First adalah sebuah organisasi sukarela yang bergerak di bidang bantuan bencana dan pengembangan masyarakat. Tidak satu pun relawan mereka menerima kompensasi moneter untuk berjam-jam kerja dan pengeluaran pribadi mereka. Namun organisasi ini telah efektif merespon banyak bencana termasuk gempa bumi 1999 di Turki, Badai Katrina dan Rita, Tsunami Asia, Monsoon Bangladesh, Gempa Pakistan dan banyak lagi. Inilah kekuatan unik yang memungkinkan Humanity First untuk mengarahkan lebih dari 93% dari seluruh dana yang dihimpun untuk proyek-proyek kemanusiaan yang mereka kerjakan. Dengan menciptakan sebuah organisasi yang berfokus pada kebutuhan daripada kebangsaan, kemauan baik dan persaudaraan dikembangkan antara pemberi bantuan serta penerima bantuan, sehingga bisa menghilangkan setiap keberatan atau prasangka dari masing-masing pihak yang memungkinkan. Oleh karena itu Jamaah Ahmadiyah satu langkah lebih maju di jalan kebenaran.
Dalam menghadapi semangat baru yang makin tinggi di dalam tubuh Ahmadiyah, pemerintah dan ulama Islam di Pakistan mengadakan gelombang penentangan lain, berupa pembatasan dan penganiayaan. Kekhalifahan Mirza Tahir Ahmad menghadapi tingkat baru penentangan baik skala nasional maupun internasional dan diskriminasi, sampai beliau terpaksa harus mengungsi dari pakistan. Meskipun menghadapi segala halangan ini, gerakan Jemaat Ahmadiyah dalam Islam terus menunjukkan kemajuan signifikan di bidang tabligh, terjemahan Alquran, penerbitan literatur Islam dan semangat spiritual yang meningkat diantara para anggota Ahmadiyah.
Khalifah V: Mirza Masroor Ahmad
Seperti disebutkan sebelumnya, ada banyak kesamaan antara generasi pertama umat Islam dan Ahmadi Muslim. Keduanya telah (dan masih) dianiaya tanpa henti, keduanya memiliki pemimpin yang terpaksa meninggalkan tanah air mereka dan yang paling penting keduanya sangat berkembang dibawah bimbingan lembaga khilafat. Apa yang berbeda adalah ketika pada tahun 2003 Allah tetap memberkati Ahmadiyah dengan institusi Khilafah setelah khalifah keempat. Muslim awal terpaksa kehilangan pembentukan khilafah setelah khalifah keempat, karena mereka mengundang ketidaksenangan Allah. Tidak seperti sebelumnya, pada tanggal 22 April 2003 dengan terpilihnya khalifatul masih V atba Jamaah Muslim Ahmadiyah telah memulai era baru dalam Islam, yang telah membedakan Ahmadiyah dari semua agama lain. Hanya dalam lima tahun masa kekhalifahan, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad telah mencapai banyak hal. Beliau telah memberikan penekanan yang besar pada pembacaan Alquran, karena Alquran adalah pembimbing terbesar Ahmadiyah, sehingga umat Islam bisa sekali lagi meningkatkan standar keimanan dari pendahulu kita. Khalifah juga memberikan bimbingan kepada jamaah dengan kebijaksanaan dan kesabaran saat skeptisisme global yang besar dan permusuhan terhadap Islam. Allah telah menganugerahkan kepada para hambanya dengan memungkinkan mereka untuk berpartisipasi dalam lembaga khilafat.
Filsuf Yunani Aristoteles pernah berkata, "Jika anda ingin mengerti sesuatu, amatilah awal perkembangannya." Memang begitu halnya, kita merayakan Yubilium Khilafat, apakah yang lebih baik untuk memuliakan lembaga yang diberkati ini daripada merefleksikan sejarah emas dan progressive Ahmadiyah? banyak hal yang telah dicapai dalam 100 tahun khilafat - saking banyaknya sulit untuk memilih dan memilah skema atau kejadian yang layak disebutkan. Tentu saja semua pantas dan itulah mengapa penting untuk diingat bahwa institusi Khilafah bukanlah suatu bantuan jangka pendek melainkan berkah jangka panjang dengan karunia yang berlipat ganda. Setiap perayaan Hari Khilafah adalah hari bagi anggota ahmadi untuk memuji Allah atas apa yang telah dikaruniakan-Nya kepada kita. Semoga Allah menganugerahkan kepada kita kekuatan untuk terus berpegang pada tali Allah, sehingga pohon Khilafat yang menjulang yang terus berlimpah dengan buah-buahnya, insyallah.
Terjemah: Khaeruddin Ahmad Jusmansyah
Sumber: muslimsunrise.com
Sumber : 1artikelislam.blogspot.co.id
Dalam sebuah pidato yang disampaikan oleh Hadhrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad pada tahun 1921, beliau menyatakan: "Al-Masihil Mau'ud telah menaburkan benih. Benih yang diberkahi tersebut telah ditakdirkan untuk menjadi sebuah pohon besar yang sarat dengan buah-buah yang berlimpah. Ingatlah bahwa kemajuan masa depan akan tergantung pada khilafat." Dan faktanya sekarang Jamaah Ahmadiyah telah merayakan Jubilee Khilafat, buah dari lembaga ini begitu nyata dan melimpah. Jamaah Ahmadiyah telah diberkati dengan bimbingan di bawah kepemimpinan lima khalifah yang beberkat, yang masing-masing telah berhasil berkhidmat berdasarkan kebutuhan waktu. Persatuan, struktur organisasi, keamanan, meningkatnya persaudaraan dan kepastian, masing-masing adalah hasil dari lembaga yang diberkati ini.
Detik-detik Menentukan
27 Mei pagi 1908, segera setelah wafatnya Al-Masihil Mau'ud Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad pada tanggal 26 mei, telah melahirkan era baru bagi Ahmadiyah. Di detik-detik menentukan dalam sejarah, Jamaah yang masih seumur jagung diliputi kekhawatiran akan masa depan Ahmadiyah. Meskipun banyak orang yang yakin bahwa kewafatan Hadhrat Ahmad akan merupakan tanda kematian Ahmadiyah. Tetapi dengan berkat dan rahmat Allah taala, sebagaimana Islam dilindungi oleh Khalifatur-Rasyidin sepeninggal Rasulullah saw, Allah taala juga memberikan berkat yang sama bagi Ahmadiyah dalam bentuk Khilafat Ahmadiyah.
Seperti Abu Bakar r.a Hadhrat Hakeem Nuruddin, Khalifatul Masih I ditakdirkan untuk membentuk persatuan yang sangat diperlukan bagi jamaah yang masih rentan. |
Seperti Abu Bakar ra, Hadhrat Hakeem Nuruddin, Khalifatul Masih awwal ditakdirkan untuk membentuk persatuan yang sangat diperlukan bagi jamaah yang masih rentan. Semangat yang ada pada waktu itu adalah kebutuhan akan seorang pemimpin yang bisa memberikan rasa solidaritas, dan menurut Muhammad Zafrullah Khan, karunia Allah telah diberikan pada Hadhrat Nuruddin untuk melakukan perannya dengan baik. Pada saat kewafatanya, pada bulan Maret 1914, Ahmadiyah telah sepenuhnya terjaga dari gangguan dan disintegrasi. Hadhrat Nuruddin telah meletakkan perhatian khusus pada pendidikan dan tabligh pesan-pesan Masih Mau'ud melalui pena (tulisan). Semasa hidup Mirza Ghulam Ahmad, telah diputuskan bahwa hal yang terpenting dari generasi baru ulama Islam yang akan menggantikan yang lama adalah melanjutkan penyebaran Islam. Karena itu Khalifatul Masih I mendirikan departemen ta'lim khusus, Dan pada 1 maret 1909 diletakkan batu pertama bagi Madrasah Ahmadiyah. Meskipun kekhalifahan beliau relatif singkat, pencapaian pekerjaan-pekerjaan Hadhrat Nuruddin belum pernah terjadi sebelumnya. Ahmadiyah berani menghadapi 'tantangan' yang dilemparkan oleh beberapa anggota Ahmadiyah yang terkemuka dan terus maju ke depan setelah keberhasilan di bawah bimbingan dan pembinaan dari khalifah pertama.
Khalifah II: Hadhrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad
Hadhrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad, Reformer yang dijanjikan menghadapi penentangan yang bahkan lebih gencar dari Khalifah pertama, dan hanya beberapa hari sebelum berlalunya Khalifah Pertama, Mahmud Ahmad merasakan bahaya perpecahan. Banyak yang mengutuk lembaga khilafat. Ketika beliau terpilih beberapa orang menuduh bahwa pemilihan adalah hasil dari manuver manusia dan manipulasi. Meskipun menghadapi beberapa kendala awal, di bawah kepemimpinan dinamis Khalifah, Jamaah Ahmadiyah berkembang dengan pesat. 52 tahun kekhalifahan beliau penuh dengan prestasi yang luar biasa, suatu tanda yang menunjukkan pertolongan Allah. Ahmadiyah telah bersatu di bahwa Khalifah Pertama dan sekarang waktunya untuk berkembang, pada saat yang sama juga mengatur departemen internal.
Segera setelah menjadi khalifah beliau mengumumkan bahwa tugas pertamanya adalah tabligh Islam. Salah satu prestasi yang terbesar adalah terjemahan Kitab Suci Alquran. Selama kekhlifahan beliau Alquran diterjemahkan ke beberapa bahasa yang berbeda, dengan konsep universalitas Islam - agama untuk semua umat manusia - dalam pikirannya, beliau berkeinginan untuk memperluas aksesibilitas Alquran, sehingga mereka yang tidak tahu bahasa Arab bisa memahami kemuliaan dan kebijaksanaan dari Kitab Ilahi dalam bahasa mereka masing-masing.
Sangat luar biasa, pencapaian prestasi yang menakjubkan ini hanya merupakan puncak gunung es bagi Ahmadiyah. Lebih dari 30 masjid dibangun hanya di Timur dan Afrika barat saja. Lebih banyak lagi dibangun di tempat-tempat seperti Washington DC, Hamburg, Frankfurt, Zurich, Den Haag, London, Denmark dan Swedia selama kekhalifahan beliau. 57 perguruan tinggi dan sekolah dijalankan dengan sukses di berbagai negara dan 112 surat kabar dan majalah diterbitkan dalam berbagai bahasa dunia. Salah satu surat kabar tersebut adalah Al Fazl, yang dengan cepat berjalan dari mingguan ke tiga mingguan dan akhirnya menjadi surat kabar harian. Sebagai hasil dari kontributor saudara-saudari ahmadi yang begitu banyak dan dibawah bimbingan editor mereka, Hadhrat Mushlih Mau'ud, delapan halaman setiap hari telah menjadi sarana untuk pendidikan akhlak masyarakat, perkembangan Islam dan pelestarian sejarah jemaat.
Selain upaya penyebaran Islam, Khalifah II juga mengatur perbaikan internal yang besar dengan struktur organisasi jemaat. Untuk mengkonsolidasikan dan mengatur jemaat, beliau mendirikan Anjuman pusat dan daerah yang diatur sedemikian rupa untuk membuat mereka mampu memikul tugas dan tanggung jawab jamaah. Organisasi seperti Khuddamul Ahmadiyah (organisasi laki-laki umur 15-40 tahun), Anshorulah (Laki-laki umur 40 tahun keatas) dan Lajnah Ima-ullah (Badan Perempuan Ahmadiyah) didirikan sehingga tarbiyat dapat diberikan berdasarkan badan-badan. Karena semangat yang membara dari jamaah, banyak hal yang dicapai dan lembaga khilafat berjaya.
Khalifah III: Hadhrat Mirza Nasir Ahmad
Dengan berlalunya Khalifah ke II Ahmadiyah telah bergerak melewati setiap ancaman perpecahan dalam Ahmadiyah. Keseragaman dan organisasi telah menjadi fokus utama dari khalifah pertama dan kedua. Sekarang Ahmadiyah memiliki tantangan yang berbeda: 'lautan' saudara muslim yang belum memiliki pemimpin yang terbimbing berupa lembaga khilafat. Dengan karunia Allah, kekuatan Ahmadiyah di bawah kepemimpinan Hafiz Mirza Nasir Ahmad, Khalifatul Masih III tetap bertahan. Dalam tahun-tahun pertama masa jabatan beliau, Khalifah III mampu memperkenalkan beberapa proyek baru termasuk Waqf Arzi, yang diciptakan untuk menggalakkan kegiatan belajar dan mengajar Alquran serta menanamkan pengetahuan agama untuk anggota lokal Ahmadiyah. Selanjutnya pada tahun 1965 Khalifatul Masih III mendirikan Yayasan Fazli Umar untuk mengenang Khalifatul Masih II. Tujuan utama lembaga ini adalah bantuan dalam pekerjaan penelitian, upaya pertablighan, pendidikan dan kesejahteraan ekonomi. Selama waktu ini, seruan yang dibuat Mirza Nasir Ahmad adalah mengumpulkan 2,5 juta rupee sebagai modal yayasan. Para anggota Ahmadiyah berpartisipasi dalam upaya ini dengan antusias dan akhirnya terkumpul biaya sampai 5,2 juta rupee pada tahun 1970. Pengikut Ahmadiyah sekali lagi menampilkan pengabdian setia ketika Khalifatul Masih III mengumumkan skema untuk pengembangan aktifitas Gerakan Afrika Barat melalui pembentukan sejumlah sekolah dan rumah sakit. Skema baru tersebut bernama Skema Nusrat Jehan (nama istri Masih Mau'ud) dan Khalifah menghimbau kepada anggota Ahmadiyah untuk mengumpulkan 100.000 poundsterling selama periode tiga tahun. Beliau juga menghimbau para guru Ahmadi dan dokter untuk menjadi sukarelawan untuk pengkhidmatan di negara-negara Afrika. Sekali lagi respon anggota Ahmadiyah dalam memberikan pengorbanan harta serta menjadi relawan sangat mengejutkan. Sekolah dan rumah sakit didirikan di Nigeria, Ghana, Liberia, Gambia dan Sierra Leone. Upaya gerakan ini tidak hanya memberikan pelayanan pendidikan dan kesehatan di daerah terpencil yang sama sekali tanpa ada fasilitas tersebut, tetapi yang lebih penting adalah kontak personal para dokter ahmadi dan pekerja lain dengan penduduk setempat telah terjalin ikatan yang kuat dari persaudaran internasional. Altruistik alami anggota Ahmadiyah dan dedikasi untuk semua skema adalah bukti luar biasa kekuatan Ahmadiyah- kekuatan yang telah dan masih sangat penting untuk menghadapi tantangan yang dihadapi Ahmadiyah dari Muslim radikal mainstream.
Tidak diragukan lagi, prestasi emas Hadhrat Mirza Nasir Ahmad adalah bimbingan yang beliau berikan kepada jamaah ketika Pakistan menyatakan Jemaat Ahmadiyah sebagai "Non Muslim minoritas". Setelah beberapa kekerasan anti Ahmadiyah terjadi di seluruh negeri, Perdana Menteri Pakista Bhutto dengan mengambil langkah politik yang menguntungkan, ia secara paksa menyatakan Ahmadiyah sebagai minoritas melalui legislasi. Selama itu, bahkan para pemilik toko diminta untuk tidak menjual persediaan-persediaan yang sangat diperlukan kepada para Ahmadi, dan sebagai akibatnya, para anggota jemaat tidak diberi kebutuhan dasar seperti makanan dan minuman. Pada tahun 1974 Ahmadiyah menghadapi gelombang penentangan kedua dari Anti Ahmadiyah. Selama periode ini rumah-rumah Ahmadi banyak yang dijarah dan dibakar, para anggota diboikot dan senjumlah anggota Ahmadiyah dibunuh. Namun demikian, Khalifah Nasir Ahmad meyakinkan para pengikut Ahmadiyah berulang-ulang bahwa penentangan ini hanya akan memperkuat keimanan mereka sebagaimana Rasulullah saw tercinta dan para pengikut beliau yang benar diuji dengan cara yang sama. Dengan karunia Allah taala jamaah dibawah kekhalifahan Hadhrat Mirza Nasir Ahmad, Khalifatul Masih III memenuhi semua tantangan yang berat ini dengan tabah.
Khalifah IV: Mirza Tahir Ahmad
Gerakan Ahmadiyah dalam Islam terus menunjukkan kemajuan yang cepat dibawah kepemimpinan dan bimbingan Khalifah keempat, Hadhrat Mirza Tahir Ahmad, yang terpilih pada tahun 1982. Ahmadiyah benar-benar tumbuh secara eksponensial selama kekhalifahan beliau. Lebih dari 5.200 masjid dibangun di seluruh dunia termasuk di negara-negara seperti Guatemala, Indonesia, Mauritius, Jerman, Trinidad dan Kepulauan Fiji, sebagai hasilnya Jemaat Ahmadiyah telah didirikan di 189 negara.
Pada 3 April 1987 Mirza Tahir Ahmad mengusulkan kepada para anggota Ahmadi untuk mendedikasikan anak-anak mereka guna kepentingan Islam sebelum mereka lahir. Para anggota Ahmadi antusias menerima inisiatif ini sejak pertamanya. Pada tahun 2000, 20.515 anak telah terdaftar ke dalam proyek ini dan jumlahnya meningkat dari hari ke hari.
Ketika mantan diktator terkenal dari Pakistan, Jendral Zia-ul Haq melarang penerbitan banyak buku, majalah dan surat kabar jemaat, Hahdrat Mirza Tahir Ahmad meluncurkan Televisi Muslim pertama, Muslim Television Ahmadiyya (MTA) pada 21 Agustus 1992 dari London. MTA telah ditonton oleh jutaan orang di lima benua dan begitu leluasa untuk mengatakan bahwa tidak ada pemimpin dunia yang khutbahnya ditonton dengan penuh kerinduan dan secara regular oleh para pengikutnya yang setia. Adalah penting untuk dicatat bahwa khutbah jumat setiap minggu diterjemahkan secara bersamaan ke dalam enam bahasa. Setahun setelah berdirinya MTA, Baiat Internasional pertama disiarkan dan sekarang diselenggarakan setiap tahun selama Jalsah Salanah Inggris pada bulan Juli. Acara ini disaksikan oleh jutaan anggota di seluruh dunia. Melalui MTA, suara Ahmadiyah mencapai penjuru dunia karena karena rahmat dan karunia Allah taala.
Pada tahun yang sama MTA didirikan, Jemaat Ahmadiyah mendirikan organisasi sosial yang disebut Humanity First, yang merupakan organisasi kemanusiaan yang memberikan bantuan kepada semua orang tanpa memandang ras, agama atau politik. Apa yang khusus dari Humanity First adalah sebuah organisasi sukarela yang bergerak di bidang bantuan bencana dan pengembangan masyarakat. Tidak satu pun relawan mereka menerima kompensasi moneter untuk berjam-jam kerja dan pengeluaran pribadi mereka. Namun organisasi ini telah efektif merespon banyak bencana termasuk gempa bumi 1999 di Turki, Badai Katrina dan Rita, Tsunami Asia, Monsoon Bangladesh, Gempa Pakistan dan banyak lagi. Inilah kekuatan unik yang memungkinkan Humanity First untuk mengarahkan lebih dari 93% dari seluruh dana yang dihimpun untuk proyek-proyek kemanusiaan yang mereka kerjakan. Dengan menciptakan sebuah organisasi yang berfokus pada kebutuhan daripada kebangsaan, kemauan baik dan persaudaraan dikembangkan antara pemberi bantuan serta penerima bantuan, sehingga bisa menghilangkan setiap keberatan atau prasangka dari masing-masing pihak yang memungkinkan. Oleh karena itu Jamaah Ahmadiyah satu langkah lebih maju di jalan kebenaran.
Dalam menghadapi semangat baru yang makin tinggi di dalam tubuh Ahmadiyah, pemerintah dan ulama Islam di Pakistan mengadakan gelombang penentangan lain, berupa pembatasan dan penganiayaan. Kekhalifahan Mirza Tahir Ahmad menghadapi tingkat baru penentangan baik skala nasional maupun internasional dan diskriminasi, sampai beliau terpaksa harus mengungsi dari pakistan. Meskipun menghadapi segala halangan ini, gerakan Jemaat Ahmadiyah dalam Islam terus menunjukkan kemajuan signifikan di bidang tabligh, terjemahan Alquran, penerbitan literatur Islam dan semangat spiritual yang meningkat diantara para anggota Ahmadiyah.
|
|
Khalifah V: Mirza Masroor Ahmad
Seperti disebutkan sebelumnya, ada banyak kesamaan antara generasi pertama umat Islam dan Ahmadi Muslim. Keduanya telah (dan masih) dianiaya tanpa henti, keduanya memiliki pemimpin yang terpaksa meninggalkan tanah air mereka dan yang paling penting keduanya sangat berkembang dibawah bimbingan lembaga khilafat. Apa yang berbeda adalah ketika pada tahun 2003 Allah tetap memberkati Ahmadiyah dengan institusi Khilafah setelah khalifah keempat. Muslim awal terpaksa kehilangan pembentukan khilafah setelah khalifah keempat, karena mereka mengundang ketidaksenangan Allah. Tidak seperti sebelumnya, pada tanggal 22 April 2003 dengan terpilihnya khalifatul masih V atba Jamaah Muslim Ahmadiyah telah memulai era baru dalam Islam, yang telah membedakan Ahmadiyah dari semua agama lain. Hanya dalam lima tahun masa kekhalifahan, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad telah mencapai banyak hal. Beliau telah memberikan penekanan yang besar pada pembacaan Alquran, karena Alquran adalah pembimbing terbesar Ahmadiyah, sehingga umat Islam bisa sekali lagi meningkatkan standar keimanan dari pendahulu kita. Khalifah juga memberikan bimbingan kepada jamaah dengan kebijaksanaan dan kesabaran saat skeptisisme global yang besar dan permusuhan terhadap Islam. Allah telah menganugerahkan kepada para hambanya dengan memungkinkan mereka untuk berpartisipasi dalam lembaga khilafat.
Filsuf Yunani Aristoteles pernah berkata, "Jika anda ingin mengerti sesuatu, amatilah awal perkembangannya." Memang begitu halnya, kita merayakan Yubilium Khilafat, apakah yang lebih baik untuk memuliakan lembaga yang diberkati ini daripada merefleksikan sejarah emas dan progressive Ahmadiyah? banyak hal yang telah dicapai dalam 100 tahun khilafat - saking banyaknya sulit untuk memilih dan memilah skema atau kejadian yang layak disebutkan. Tentu saja semua pantas dan itulah mengapa penting untuk diingat bahwa institusi Khilafah bukanlah suatu bantuan jangka pendek melainkan berkah jangka panjang dengan karunia yang berlipat ganda. Setiap perayaan Hari Khilafah adalah hari bagi anggota ahmadi untuk memuji Allah atas apa yang telah dikaruniakan-Nya kepada kita. Semoga Allah menganugerahkan kepada kita kekuatan untuk terus berpegang pada tali Allah, sehingga pohon Khilafat yang menjulang yang terus berlimpah dengan buah-buahnya, insyallah.
"Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dari antara kamu dan berbuat amal shaleh, bahwa Dia pasti akan menjadikan mereka itu khalifah di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan khalifah orang-orang yang sebelum mereka ; dan Dia akan meneguhkan bagi mereka agama mereka, yang telah Dia ridhai bagi mereka ; dan niscaya Dia akan menggantikan mereka sesudah ketakutan mereka dengan keamanan. Mereka akan menyembah Aku, dan mereka tidak akan mempersekutukan sesuatu dengan Aku. Dan barangsiapa ingkar sesudah itu, mereka itulah orang-orang yang durhaka. (An-Nuur:56)
Terjemah: Khaeruddin Ahmad Jusmansyah
Sumber: muslimsunrise.com
Sumber : 1artikelislam.blogspot.co.id
Seputar Tinjauan 100 tahun ke-Khalifah-an Ahmadiyah
Terima kasih telah membaca Tinjauan 100 tahun ke-Khalifah-an Ahmadiyah. Semoga pos dari situs web Artikel Islami berguna dan memberi manfaat. Baik untuk anda dan buat website Artikel Islami. Silakan berbagi ulasan Tinjauan 100 tahun ke-Khalifah-an Ahmadiyah tadi ke situs web media anda. Bagikan artikel dari Artikel Islami melalui media sosial yang ada di bawah. Dan kunjungi Daftar Isi Blog Artikel Islami untuk mendapat info lengkap terbaru 2017. Lalu baca pembahasan selain dari : Tinjauan 100 tahun ke-Khalifah-an Ahmadiyah yang lebih terupdate lengkap dan free. Atau simak artikel gratis terkait dari situs web Artikel Islami di bawah. Demikan dan sekian tentang Tinjauan 100 tahun ke-Khalifah-an Ahmadiyah. Dan Assalamualaikum pembaca Artikel Islami.
Advertisement