Tahlilan, Strategi Konservatif Hadapi Tantangan MEA

- 1/24/2017

Tahlilan, Strategi Konservatif Hadapi Tantangan MEA

 

Wartaislami ~ “Tahlilan”, siapa yang tidak kenal satu kata ini. Sebuah amalan keagamaan yang familiar dilakukan oleh masyarakat muslim Indonesia yang mungkin juga beberapa daerah di Malaysia. Tahlilan khas dikenal dengan berkumpulnya beberapa muslim di suatu tempat disertai dengan bacaan-bacaan kalimah toyyibah bersama-sama, khususnya bacaan tahlil (laa ilaa ha illallah), yang ditujukan untuk ibadah serta mendoakan saudara muslimin yang telah menghadapNya.
Ritual tahlilan sudah dikenal masyarakat muslim Indonesia sejak abad pertengahan yang lalu. Beberapa sumber menyebutkan bahwa tahlilan merupakan adopsi tata cara ibadah kepercayaan pribumi pra islam yang kemudian dimodifikasi oleh para pendakwah Islam menjadi suatu kegiatan positif bernuansa Islam dengan tetap mempertahankan kearifan lokal. Bagi orang NU, tahlilan mungkin kegiatan yang kurang afdhol jika tidak dilakukan. Di samping itu bisa kita duga jutaan muslim Indonesia melakukan tahlilan setiap harinya.
“Tahlilan” yang identik dengan kegiatan keagamaan ternyata memiliki fungsi lain dari fungsi utama sebagai sarana ibadah. Kegiatan berkumpulnya muslimin yang khas ini memiliki arti penting yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan sains. Bagaimana bisa? Mari kita ulas bersama.
Indonesia, megabiodiversity country
Sudah tidak asing lagi bahwa Indonesia merupakan salah satu area dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia (megabiodiversity country). Iklim tropis basah dan bentuk negara kepulauan menjadikan segala makhluk hidup di nusantara ini, tumbuh, dan bereproduksi dengan baik. Keberadaan kekayaan hayati yang luar biasa ini merupakan modal berharga untuk menunjang segala bentuk pembangunan bangsa.
Kekayaan alam Indonesia yang begitu berlimpah nyatanya belum terkelola dengan baik. Beberapa plasma nutfah bangsa justru punah akibat ulah tangan manusia Indonesia sendiri. Kita tahu kebakaran hutan yang entah sengaja atau pun bukan terjadi di tahun ini secara luas. Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyebutkan lebih dari 9.000 hektar hutan terbakar pada tahun 2015. Bisa dibayangkan berapa milyar spesies yang hilang dalam waktu sesingkat itu.
Bencana ini diperparah dengan fakta pulau tersibuk dan terpadat Indonesia, yakni pulau Jawa telah dianggap sebagai pulau dengan krisis akut ekologi. Dilansir dari Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Lautan IPB memberitakan bahwa sebanyak 241 orang dari kalangan akademisi, peneliti, dan tokoh masyarakat adat telah mengirim petisi terbuka kepada presiden RI untuk mengubah paradigma pembangunan dari yang hanya bertumpu pada ekonomi menjadi lebih memperhitungkan daya dukung ekologi dan berkeadilan. Hal ini dibuktikan dengan fakta pembangunan-pembangunan industri di pulau Jawa yang begitu pesat sehingga terjadi kerusakan alam dimana-mana. Akibatnya bencana alam hidrometeorologi seperti banjir, longsor, dan kekeringan tak terkendali. Kondisi kerusakan alam ini mengakibatkan kerusakan alam yang berbanding lurus dengan terancamnya biodiversitas hayati kita.
Tahlilan dan Fungsi Konservasi
Tahlilan sebagai sebuah kegiatan keagamaan memiliki karakteristik khas budaya lokal, berupa suguhan hangat jajanan tradisional maupun non tradisional yang khas. Mulai dari buah-buahan yang beraneka ragam, masakan lokal, nasi dengan segala lauknya, kopi, dan teh sebagai pelega dahaga, dan tak lupa cemilan-cemilan lainnya dari hasil bumi setempat.
Kegiatan yang lazim dilakukan oleh penduduk muslim khususnya Nahdliyin ini sudah berhasil menjaga keberadaan plasma nutfah hayati kekayaan alam setempat. Bagaimana tidak, tahlilan tidak akan afdhol jika tidak ditutup dengan sedekah tuan rumah atau hasil iuran bersama berupa suguhan produk-produk alam sekitar yang pastinya beraneka ragam. Hal itu berarti masyarakat akan selalu berfikir untuk menyediakan keberadaan sumber daya lokal hasil bumi mereka. Dengan begitu para petani akan selalu menanam komoditas-komoditas pertanian tersebut untuk kebutuhan pangan masyarakat, termasuk untuk tahlilan yang sangat lazim dan rutin dilakukan. Bisa dibayangkan jika setiap hari jutaan warga Nahdliyin bertahlilan, akan berton-ton pula hasil bumi yang mampu terserap. Dengan demikian, keberadaan plasma nutfah alam Indonesia akan selalu terjaga (terkonservasi).
Tantangan MEA
Meskipun telah terbukti mampu menjadi motor penggerak dalam upaya konservasi sumber daya lokal, tahlilan sebagai ciri kebudayaan muslim nusantara tak luput dari ancaman disorientasi makna konservasi sumber daya lokal. Ancaman ini berupa hilangnya barrier tarrif perdagangan ASEAN sebagai kebijakan bersama negara anggota dibuktikan dengan memudahkan aliran keluar masuk produk dan jasa wilayah ASEAN. Ini memungkinkan Indonesia kebanjiran produk-produk pertanian dari negara-negara tetangga, tak terkecuali hidangan yang biasanya ada di depan kita saat tahlilan. Ditambah lagi kegemaran masyarakat kita yang lebih suka dengan produk asing dibandingkan produk lokal.
Oleh karena itu, fungsi tahlilan sebagai penggerak upaya konservasi berbasis masyarakat lokal harus kita jaga bersama, dengan cara mengapresiasi para petani lokal dengan cara selalu menggunakan produknya di setiap acara tahlilan yang kita adakan. Lebih lanjut lagi, kita bisa selalu mengajak para tokoh-tokoh agama dan orang di sekitar kita untuk tiidak melupakan penggunaan produk lokal dalam setiap tahlilan yang diadakan dengan memberikan makna di balik penggunaan hasil bumi kita.
Salah satunya mungkin dengan jargon “tidak afdhol jika tidak menggunakan pisang ini, buah ini, jajan ini dan itu” yang berimplikasi pada upaya konsumsi produk lokal. Dengan begitu, adanya arus besar produk luar akan terbendung dengan kesadaran masyarakat kita akan pentingnya penggunaan produk lokal dalam upaya konservasi sumber daya hayati Indonesia, sehingga kedatangan MEA 2016 ini bukan lagi menjadi ancaman, namun bisa menjadi tantangan yang perlu kita jawab. Dan salah satu jawabannya adalah dengan “tahlilan”. (Hasan Bisri)
Sumber: KMNU Nasional


Source Article and Picture : www.wartaislami.com

Seputar Tahlilan, Strategi Konservatif Hadapi Tantangan MEA

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Tahlilan, Strategi Konservatif Hadapi Tantangan MEA