Fadhilah & Keistimewaan Puasa Tanggal 9 serta 10 Muharram (‘Asyuro)

- 1/10/2017

Fadhilah & Keistimewaan Puasa Tanggal 9 serta 10 Muharram (‘Asyuro)

 
Bulan Muharram ataupun kalau orang Jawa bilang menjdai bulan Suro, merupakan satu dari sekian banyaknya bulan yng dimuliakan oleh Allah. Bulan ini pun adalah bulan pertama dari perhitungan bulan-bulan hijriyah. Menjadikan tahun baru hijriyah dimulai pada bulan Muharram ini. Begitu besar keistimewaan bulan ini, menjadikan kaum muslimin dianjurkan bagi atau bisa juga dikatakan untuk memperbanyak amal sholeh, salah satunya melakukan puasa sunnah pada tanggal 9 serta 10 Muharram.
Ibadah puasa selain adalah ibadah yng mulia di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala pun memiliki kandungan sekian tidak sedikit manfaat yng lain. Yang dengannya berpuasa seseorang bisa mengendalikan syahwat serta hawa nafsunya. Serta puasa pun menjadi perisai dari api neraka. Puasa pun bisa menghapus dosa-dosa serta memberikan syafaat di hari kiamat. Serta puasa pun bisa membangkitkan rasa solidaritas kemanusiaan, dan manfaat lain-lainnya yng telah dimaklumi terkandung pada ibadah yng mulia ini.
Fadhilah & Keistimewaan Puasa Tanggal 9 dan 10 Muharram (‘Asyuro)
Pada bulan Muharram ada satu hari yng dikenal yang dengannya sebutan hari ‘Asyura. Orang-orang jahiliyah pada masa pra Islam serta bangsa Yahudi Amat memuliakan hari ini. Hal yang telah di sebutkan lantaran pada hari ini Allah Subhanahu wa Ta’ala selamatkan Nabi Musa ‘alaihissalam dari kejaran Fir’aun serta bala tentaranya. Bersyukur atas karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala kepadanya, Nabi Musa ‘alaihissalam akhirnya berpuasa pada hari ini. Tatkala hingga informasi ini kepada Nabi kita Shallallahu ‘alaihi wassalam, melalui orang-orang Yahudi yng tinggal di Madinah beliau bersabda,
فَأَنَا أَحَقُّ بِمُوْسَى مِنْكُمْ
“Saya lebih berhak mengikuti Musa dari anda sekalian (kaum Yahudi)”.
Yng demikian lantaran pada era Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam hingga di Madinah, beliau mendapati Yahudi Madinah berpuasa pada hari ini, maka beliau sampaikan sabdanya sebagaimana di atas. Semenjak itu beliau Shallallahu’alaihi wasallam memerintahkan ummatnya bagi atau bisa juga dikatakan untuk berpuasa, menjadikan jadilah puasa ‘Asyura diantara ibadah yng disukai di dalam Islam. Serta disaat itu puasa Ramadhan belum diwajibkan.
Merupakan Abdullah bin Abbas radiyallahu ‘anhu yng bercerita kisah ini kepada kita sebagaimana yng terdapat di dalam Shahih Bukhari No 1900,
قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ المَدِيْنَةَ فَرَأَى اليَهُوْدَ تَصُوْمُ يَوْمَ عَاشُوْرَاء فَقَالَ:ماَ هَذَا؟ قَالُوْا هَذَا يَوْمٌ صَالِحٌ هَذَا يَوْمٌ نَجَّى اللهُ بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ مِنْ عَدُوِّهِمْ فَصَامَهُ مُوْسَى. قَالَ: فَأَناَ أَحَقُّ بِمُوْسَى مِنْكُمْ. فَصَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ
“Tatkala Nabi Shallallahu’alaihi wasallam datang ke Madinah beliau melihat orang-orang Yahudi melakukan puasa di hari ‘Asyura. Beliau Shallallahu ‘alaihi wassalam bertanya, “Hari apa ini?”. Orang-orang Yahudi menjawab, “Ini merupakan hari baik, pada hari ini Allah selamatkan Bani Israil dari musuhnya, maka Musa ‘alaihissalam berpuasa pada hari ini. Nabi Shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Saya lebih berhak mengikuti Musa dari anda sekalian (kaum Yahudi). Maka beliau berpuasa pada hari itu serta memerintahkan ummatnya bagi atau bisa juga dikatakan untuk melakukannya”. [HR Al Bukhari]
Serta dari Aisyah radiyallahu ‘anha, ia mengisahkan,
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ بِصِيَامِ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ فَلَمَّا فُرِضَ رَمَضَانَ كَانَ مَنْ شَاءَ صَامَ وَمَنْ شَاءَ أَفْطَرَ
“Dahulu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam memerintahkan bagi atau bisa juga dikatakan untuk puasa di hari ‘Asyura. Serta disaat puasa Ramadhan diwajibkan, barangsiapa yng ingin (berpuasa di hari ‘Asyura) ia boleh berpuasa serta barangsiapa yng ingin (tak berpuasa) ia boleh berbuka”. [HR Al Bukhari No 1897]
Keutamaan puasa ‘Asyura di dalam Islam
Di masa hidupnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam berpuasa di hari ‘Asyura. Kebiasaan ini malah telah di lakukan beliau Shallallahu ‘alaihi wassalam sejak sebelum diwajibkannya puasa Ramadhan serta terus berlangsung hingga akhir hayatnya. Al Imam Al Bukhari (No 1902) serta Al Imam Muslim (No 1132) meriwayatkan di dalam shahih orang-orang dari Abdullah bin Abbas radiyallahu ‘anhuma, ia mengatakan,
مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَرَّى صِيَامَ يَومَ فَضْلِهِ عَلَى غَيْرِهِ إِلاَّ هَذَا اليَوْمِ يَوْمُ عَاشُوْرَاءَ وَهذَا الشَّهْرُ يَعْنِي شَهْرُ رَمَضَانَ
“Aku tak pernah mendapati Rasulullah melindungi puasa suatu hari lantaran keutamaannya dibandingkan hari-hari yng lain kecuali hari ini yakni hari ‘Asyura serta bulan ini yakni bulan Ramadhan”.
Baca pun: Kehebatan serta Khasiat Surat Al-Lapang dada

Hal ini menandakan akan keutamaan besar yng terkandung pada puasa di hari ini. Oleh lantaran itu disaat beliau Shallallahu ‘alaihi wassalam ditanya pada satu peluang wacana puasa yng paling afdhal sesudah Ramadhan, beliau menjawab bulan Allah Muharram. Serta Al Imam Muslim dan yng lain-lainnya meriwayatkan dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda,
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ، شَهْرُ اللهِ المُحَرَّمُ. وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الفَرِيْضَةَ، صَلاَةُ اللَّيْلِ
“Puasa yng paling utama sesudah Ramadhan merupakan (puasa) di bulan Allah Muharram. Serta shalat yng paling utama sesudah shalat wajib merupakan shalat malam”.
Serta puasa ‘Asyura menggugurkan dosa-dosa setahun yng lalu. Al Imam Abu Daud meriwayatkan di dalam Sunan-nya dari Abu Qatadah Radhiallahu’anhu
وَصَوْمُ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ إنِّي أَحْتَسِبُ عَلَى اللّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَنَة َالتِيْ قَبْلَهُ
“Serta puasa di hari ‘Asyura, sungguh saya mengharap kepada Allah mampu menggugurkan dosa setahun yng lalu”.
Hukum Puasa ‘Asyura
Sebagian ulama salaf menganggap puasa ‘Asyura hukumnya wajib namun hadits ‘Aisyah di atas menegaskan bahwasanya kewajibannya sudah dihapus serta menjadi ibadah yng mustahab (sunnah). Serta Al Imam Ibnu Abdilbarr menukil ijma’ ulama bahwasanya hukumnya merupakan mustahab.
Waktu Pelaksanaan Puasa ‘Asyura
Jumhur ulama dari kalangan salaf serta khalaf berpendapat bahwasanya hari ‘Asyura merupakan hari ke-10 di bulan Muharram. Di antara orang-orang merupakan Said bin Musayyib, Al Hasan Al Bashri, Malik, Ahmad, Ishaq serta yng lain-lainnya. Pada hari ini dia Rasullah Shallallahu’alaihi wasallam semasa hidupnya melaksanakan puasa ‘Asyura. Serta tidak lebih lebih setahun sebelum wafatnya, beliau Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda,
لَئِنْ بَقِيْتُ إِلَى قَابِلٍ لأَصُوْمَنَّ التَاسِعَ
“Jikalau masih ada umurku tahun depan, aku akan berpuasa tanggal sembilan (Muharram)”
Para ulama berpendapat perkataan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam , “…aku akan berpuasa tanggal sembilan (Muharram)”, memiliki kandungan mungkin beliau ingin mengalihkan puasa tanggal 10 ke tanggal 9 Muharram serta beliau ingin menggabungkan keduanya dalam pelaksanaan puasa ‘Asyura. Namun disaat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam sebenarnya wafat sebelum itu maka yng paling selamat merupakan puasa pada kedua hari yang telah di sebutkan sekalian, tanggal 9 serta 10 Muharram.
Serta Al Imam Asy-Syaukani serta Al Hafidz Ibnu Hajar mengatakan puasa ‘Asyura ada tiga tingkatan. Yng pertama puasa di hari ke 10 saja, tingkatan kedua puasa di hari ke 9 serta ke 10 serta tingkatan ketiga puasa di hari 9,10 serta 11.
Demikianlah, keutamaan puasa tanggal 9 serta 10 Muharram begitu besarnya, menjadikan sayang sekali andai dilewatkan. Mari kita usahakan agar pada tanggal-tanggal yang telah di sebutkan kita mampu melaksanakan puasa sunnah yng luar biasa ini.

Source Article and Picture : khusus-doa.blogspot.com

Seputar Fadhilah & Keistimewaan Puasa Tanggal 9 serta 10 Muharram (‘Asyuro)

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Fadhilah & Keistimewaan Puasa Tanggal 9 serta 10 Muharram (‘Asyuro)