oleh Mirza Tahir Ahmad
Disebutkan dalam Tirmidzi, kitabud da'wat mengenai nama-nama Allah. Dinyatakan bahwa siapa yang telah melingkupi (memahami/ memperagakan) nama-nama itu dia telah masuk dalam surga. Yaitu, “Huwa Allah, al- ladziy laa ilaaha illaa Huwa Al-Rahmaan, Al- Rahiim, Al-Malik, Al-Qudduus, Assalaam, Al-Mukmin, Al-Muhaimin, Al-‘Aziiz, Al-Jabbar, Al-Mutakabbir, Al-Khaliq, Al-Baari', Al- Mushowwir- Al-Ghoffar, Al-Qohhar, Al-Wahhaab, Ar-Rozzaaq, Al- Fattaah, Al-‘alim, Al-Qabidh, Al-Basith, Al-Hafizh, Ar-Rafi’, Al-Mu’ iz, Al-Muzil, Assami’, Al-Bashir, Al-Hakam, Al-‘Adl, Al-Latif, Al- Khabir, Al-Halim, Al- ‘Azhim, Al-Ghofuur, Asy Syakur, Al Aliyy, Al- Kabir, Al-Hafis, Al-Muqit, Al-Hasib, Al-Jalil, Al-Karim, Ar- Raqib, Al- Mujib, Al-Wasi’, Al-Hakim, Al-Waduud, Al-Majid, Al-Ba’is, Asy- Syaahid, Al-Haqq, Al-Wakil, Al-Qawi, Al-Matin, Al-Waliyy, Al-Hamid, Al-Muqsi, Al-Mubdi, Al-Mu’id, Al-Muhyi, Al-Mumit, Al-Hayyul- qayyum, Al-Wajid, Al-Majid, Al-Wahid, Al-Ahad, Al-Shamad, Al- Qadir, Al-Muqtadir, Al-Muqaddim, Al-Mu’akhkhir, Al-Awwal, Al- Akhir, Al-Zahir, Al-Bathin, Al-Wali, Al-Muta’ali, Al-Barr, At- Tawwaab, Al-Muntaqim, Al-‘Afuw, Al-Ra’uf, Al-Malikul-mulk, Dzul- Jalaali wal- ikram, Al-Muqsit, Al-Jami’, Al-Ghani, Al-Mughni, Al- Maani’, Ad- Dar, An-Nafi’, An-Nuur, Al-Haadi, Al-Baadi', Al-Baqi, Al-Warits, Al-Rasyid, Al-Shobuur.”
|
fatinaliah.fotopages.com |
Inilah 99 nama yang diambil dari At- Tirmidzi, kitabudda’wat. Dari ini banyak nama-nama (sifat-sifat) yang seorang hamba sampai batas tertentu dapat melingkupinya tetapi ada pula [sifat-sifat] yang tidak bisa dilingkupi (ditiru), dan itu disebut sifat tanzihi (sifat khusus milik Allah Ta’ala). Sebagai contoh, misalnya Al-Awwal, manusia jelas tidak bisa menjadi awwal. Setiap orang mempunyai satu masa lampau, setiap yang bernyawa mempunyai masa lampau, dan setiap zat (benda) ada masa lalunya. Jadi, awwal hanya Zat Tuhan, yang dari itu semua sifat zahir (keluar/muncul). Demikian juga Al Akhir pun manusia tidak bisa, tetapi dari akhirin (orang- orang yang datang akhir) bisa, namun menjadi yang akhir tidak bisa, karena sesudahnya ke depan dunia terus berjalan. Dengan demikian sifat Tuhan sebagian kita bisa terapkan (ditiru) dalam zat kita, dan dengan cara adil dan tulus menirunya. Misalnya, Rabb (Pengayom) Allah adalah Rabb, kita jelas tidak bisa menjadi Rabb, akan tetapi dari Rabbubiyyat-Nya pasti kita mendapat bagian ( sampai batas tertentu dapat memperagakannya). Tuhan adalah Ar Rahmaan (Yang Maha Pemurah/Pengasih) maka kita semaksimal ( sampai batas tertentu) dapat berlaku kasih sayang kepada hamba- hamba Allah, namun dalam arti sepenuhnya kita tidak bisa melakukannya.
Jadi, dengan merenungkan sifat Tuhan Saudara-saudara akan mendapatkan topik bagaikan samudera yang tidak bertepi. Dan dalam bentuk melingkupinya, apa maksudnya? Sampai dimana Saudara-saudara dapat mengambil faedah dari lautan itu? Keterangan itu pun terdapat juga dalam kata-kata Rasulullah saw. Maka terjemah yang diterangkan dalam hadits Abu Hurairah bersabda:
”Isim Zat Allah, Allah mempunyai nama 99 . Allah, Dia jadikan sebagai yang melingkupi semua nama-nama itu”, yakni telah menerangkannya dan nama yang 99 itu adalah selain Allah. Seolah-olah berikut (beserta) Allah ada 100 nama. “Siapa yang memperhatikan itu dalam kehidupan dan berusaha menjadikan itu sebagai mazhabnya maka dia akan masuk di dalam surga.
Nama-nama tersebut Rasulullah saw. dengan cara ini menghitungnya: “Allah Swt yang tidak ada sembahan selain Dia, Dia Menganugerahi tanpa meminta, Maha Pengasih, Raja, Bersih dari semua aib/kekurangan-kekurangan. Bersih/suci, Menjaga dari semua bahaya, Yang Memberi keamanan, Yang Menjaga dari semua kehancuran, Menang, Yang Menutupi semua kerugian, Yang mempunyai kebesaran, Al- Ghalib (Yang menang)” -- mempunyai pemerintahan juga, namun kemenangannya merupakan kemenangan yang bersifat sementara, hari ini datang dan besok pergi, tidak ada hakekat apa-apa. Dia Yang Ghalib/Pemenang dan selalu menjadi pemenang itu hanyalah Allah. Orang-orang selalu juga berusaha menutupi kekurangan, namun tidak bisa menutupi semua kekurangan. Misalnya, ada seseorang yang matanya hilang, ada orang yang kaki tangannya hilang, maka manusia sampai batas mana bisa menutupi. Dengan berbagai cara secara sukarela dia akan berusaha memberikan ketenteraman padanya, namun dia tidak akan bisa menggantinya menutupi kekurangan itu. Jika Tuhan menghendaki maka secara sempurna Dia dapat menggantinya. Kadang-kadang Dia melakukan dan kadang-kadang tidak. melakukan. Namun Dia adalah Malik (Pemilik) itu terserah Dia, jika Dia menghendaki maka Dia bisa menggantinya.
Selanjutnya beliau saw. bersabda, ”Yang Memberikan keamanan, Yang Menjaga dari semua kerusakan, Yang mengganti semua kerugian, Yang Mempunyai kebesaran, Yang Menciptakan, Menjadikan dari yang tidak ada menjadi ada, Yang Memberi bentuk ( Al-Musawwir)” --
yakni Tuhan sebelum kejadian (kelahiran) segala sesuatu Dia telah meletakkan di otak-Nya “blue print”-nya ( rancangan-Nya), yakni apabila kita mengatakan “otak” Tuhan bukanlah maksudnya seperti otak kita, bahkan maksudnya adalah ada dalam “pengetahuan Tuhan” dan selama benda itu belum siap dalam “cetakan biru”-nya (rancangannya) untuk seterusnya tidak akan bisa jadi. Oleh karena itu Tuhan telah telah menggambar ( merancang) segala sesuatu. Dari segi ini Dia disebut Mushawwir.
Bersabda lagi, “Yang Menutupi (Menutupi semua aib), Mempunyai kemenangan Yang sempurna, Yang Menganugerahi tanpa menghitung-hitung, Yang Menganugerahi rezeki, Yang memudahkan kesulitan, Mengetahui segala sesuatu, Yang Mencegah, Yang Menciptakan kemudahan, Yang mengebawahkan (menjatuhkan), Yang Meninggikan, Yang Menganugerahi kehormatan, Yang Menghinakan, Yang Mendengarkan, Yang Melihat, Yang Memberikan keputusan, Yang adil, Yang Berpandangan luas, Yang Mengetahui, Maha Lembut, Yang mempunyai keagungan, Yang menutupi kelemahan, Yang Menghargai, Berkedudukan tinggi, Maha Agung, Menjaga semua, Yang Menghisab kitab, Yang Mempunyai kebesaran yang agung, Yang Maha Mulia, Yang Menjaga, Yang Mengabulkan, Yang menganugerahi keluasan, dan Yang Maha luas, Maha bijaksana, Yang sangat Mencintai, Yang Mempunyai kemuliaan, Yang Menganugerahi kehidupan yang kedua kali, Yang Melihat segala sesuatu, Yang selalu sempurna keahliannya, Yang Mencukupi, Yang Mempunyai kekuatan, Yang Mempunyai kekuasaan, Yang Menolong, Layak Dipuji, Yang Menghitung, Yang Menciptakan pertama kali, kemudian Yang Menciptakan untuk kedua kali, Yang Menganugerahi kehidupan, Yang Mematikan, Yang Hidup sendiri, Berdiri sendiri, Tidak bergantung pada siapapun, Yang Mempunyai kemuliaan, Esa, tidak ada sekutu, Yang butuh pada siapapun, Yang mempunyai kekuasaan, Yang mempunyai kekuasaan, Yang Mengedepankan, Yang Membelakangkan, Yang Pertama, Yang akhir, Zahir, Bathin ( tersembunyi), Yang Memiliki, Yang Berkuasa, Maha Tinggi, Yang Menghargai kebaikan, Yang Menerima taubah, Yang menuntut balas, Yang Memaafkan, Yang Memperlalukan dengan lemah lembut, Yang Mempunyai kerajaan, yang Mempunyai kekeramatan, Yang adil, Yang Mempersatukan, Yang Berdiri sendiri, Yang Menjadikan orang tidak membutuhkan kepada siapapun, Yang Mencegah, Yang Memiliki dada (Yang Berlapang dada), Yang memberi manfaat, Yang sepenuhnya Nur (Cahaya) Yang memberi Petunjuk, Yang menemukan sesuatu yang selalu baru, Yang kekal, Yang memang Memiliki, Pemimpin, Lambat dalam Memberikan hukuman”.
Nama-nama tersebut adalah dari At- Tirmidzi, kitabud- da’wat. 2
Terjemahannya kami sendiri yang menterjemahkan, namun yang asal adalah yang bahasa Arab yang telah saya terangkan. Dan Saudara-saudara dapat melihat, betapa hanya untuk membaca sifat- sifat ini saja sudah cukup banyak waktu yang sudah habis (tersita). Dan oleh sayapun terfikir juga bahwa note (catatan) yang saya siapkan untuk hari ini apakah dapat saya penuhi [ataukah tidak?], karena banyak penjelasan-penjelasan yang terpaksa kita terangkan secara beriringan, dan memang hendaknya dilakukan seperti itu, karena orang-orang umum tidak akan bisa mengerti selama belum diberi penjelasan.
Sumber : 1artikelislam.blogspot.co.id