Menjawab Tuduhan Teuku Wisnu Bahwa Pesantren Itu Bid'ah
Menjawab Tuduhan Teuku Wisnu Bahwa Pesantren Itu Bid'ah | Referensi terbaru di 2017 via web Artikel Islami. Rekomendasi konten lengkap terbaik. - Artikel Islami. Artikel ini di beri judul Menjawab Tuduhan Teuku Wisnu Bahwa Pesantren Itu Bid'ah. Konten ini untuk anda pembaca setia https://islamizona.blogspot.com/. Bagikan juga postingan Menjawab Tuduhan Teuku Wisnu Bahwa Pesantren Itu Bid'ah terbaru ini ke media kalian. Supaya blog seputar Artikel Islami dan website terkait serta kamu mendapat manfaat dari info ulasan Artikel Islami di 2017 ini. Langsung saja baca dan simak mengenai Menjawab Tuduhan Teuku Wisnu Bahwa Pesantren Itu Bid'ah di bawah ini dari situs web Artikel Islami.
Oleh : Eman Sulaeman*
Baru baru ini mantan artis popular yang sekarang menjadi ustadz di salah satu stasiun tv tengku wisnu berkata bahwa "pesantren itu bid'ah." Bicara bid'ah bicara peninggalan nabi dong, tentu saja mungkin beliau mengira pesantren seperti yang ada saat ini tidak ada dizaman Nabi Muhammad SAW. Pertanyaannya benarkah pesantren itu bid'ah?.
Pesantren sudah tidak asing lagi bagi kita semua. Sebelumnya Kita semua perlu sepakat bahwa pesantren merupakan sarana prasarana tempat mempelajari ilmu agama baik salaf maupun modern. Kita juga sepakat bahwa pesantren memfasilitasi para penuntut ilmu dalam segala aspek yang berkaitan dengan kependidikan.
Sementara perkembangan madrasah ataupun pesantren itu sendiri tidak langsung berkembang seperti yang sekarang sekarang Beberapa tahapan perkembangan dan evaluasi telah dilalui guna memperbaiki kualitas pesantren itu sendiri.
Pertama saya akan bagaimana proses pendidikan dan penerimaan ilmu sejak zaman nabi terdahulu. Pada zaman para nabi-nabi terdahulu proses penyampaian ilmu tidak terkonsep secara pasti. Biasanya ilmu yang mereka dapat dengan cara meniru orang lain, terkadang dengan merenung dan terkadang dengan uji coba.
Namun disaat Islam menawarkan konsep dasar agama yaitu menyembah kepada Allah SWT Yang Maha Esa. Dari situlah mulai perlahan-lahan orang mempelajari bagaimana cara menyembah kepada Allah SWT sesuai dengan ajaran nabinya. Dan mereka belajar langsung kepada para nabi-nabi terdahulu dengan cara mendengar nasehat dan mukjizat nabi berdialog, kisah kisah, take and give dalam berbagai ilmu dan meniru apa yang dicontohkan nabi mereka. Ilmu yang mereka dapat lantas mereka hafalkan dan mereka salurkan kepada generasi selanjutnya ataupun orang baru yang mereka temui.
Pendidikan saat itu tidak terkhusus pada anak kecil tetapi juga bagi siapa saja yang berminat. Namun maklum dahulu kala memang fasilitas terbatas sehingga mereka belajar dimana saja. Di pasar, tempat peribadatan, di kebun, ditempat berkumpulnya orang banyak yang penting intinya mereka mendapat pelajaran dari segala aspek kehidupan saat itu. Saat itu kebanyakan mereka mengandalkan hafalan dan kode-kode. Berbeda dengan zaman ini fasilitas elektronik dan infrastruktur yang telah memadai.
Al-Qur'an menjelaskan mengenai bagaimana proses pendidikan para nabi terdahulu kepada anak anak, saudara, pengikut mereka seperti kisah wasiat nabi ibrahim a.s dan nabi ya'qub a.s kepada putra-putranya ;
ووصى بها ابراهيم بنيه ويعقوب يا بني ان الله اصطفى لكم الدين فلا تموتن الا وانتم مسلمون (البقرة 132)
Seperti kisah nasehat Luqmanul Hakim pada putranya yang popular dalam al-Quran mengenai kesabaran, keteguhan hati, dan kehidupan.
Hadirnya Islam memberikan pandangan berbeda bagi tatanan kehidupan masyarakat yang mana islam mengajarkan untuk melarang perbuatan sihir seperti yang ada di zaman nabi Musa as melarang sodomi seperti yang terjadi di zaman nabi Luth a.s, Islam melarang durhaka seperti kisah anak nabi Nuh a.s, islam mengajarkan ketertiban dan kejujuran seperti yang diajarkan nabi Sholeh saat memberikan unta, islam mengajarkan kesabaran pada kejadian nabi Ayyub dan nabi Yunus. Mengajarkan kerukunan dan melarang pembunuhan seperti kisah anak nabi Adam. Dan lain sebagainya kesemuanya itu kandungan dalam metode pendidikan islam di zaman terdahulu.
Barulah dizaman nabi Muhammad SAW, Islam mulai berkembang sebab agama yang dibawa nabi Muhammad SAW menyempurnakan konsep yang di usung oleh para nabi terdahulu. Di Makkah proses penyampaian dakwah Islam masih terbatas dan sembunyi sembunyi mengingat kondisi yang belum kondusif saat itu. Secara garis besar proses penyampaian syariat Islam hampir sama dengan nabi-nabi sebelumnya. Barulah di Madinah proses pendidikan dan penyebaran Islam bisa berjalan dengan lancar.
Namun bukan itu yang akan kita bahas tetapi benarkah pesantren dan madrasah itu bid'ah dan tidak ada di zaman nabi? Jawabannya jelas sekali bahwa pesantren itu tidak bid'ah!. Sebab pasca kepindahan nabi Muhammad SAW ke Yatsrib Madinah maka dijadikanlah masjid Nabawi sebagai pusat pendidikan keilmuan dan keislaman. Kalau dikatakan pesantren itu bid'ah itu sangat tidak logis dan menyalahi sejarah. Sebab madrasah pendidikan atau istilahnya pesantren dizaman nabi juga mengusung konsep hampir sama dengan pesantren yang ada.
Ada baiknya jika kita terlebih dahulu membandingkan konsep dasar pesantren di zaman sekarang dan zaman nabi;
Pesantren zaman sekarang :
1). Merupakan tempat menyalurkan ilmu keagamaan dari kiai.
2). Terdapat Penginapan santri yang belajar di pesantren.
3). Tempat pengembangan interpersonal skill dan live skill bagi setiap santri dalam segala aspek.
4). Orang yang bertempat di pesantren disebut "santri"
Pesantren zaman nabi :
1). Tempat penyaluran ilmu keagamaan dari nabi.
2). Terdapat penginapan ahlussuffah yang belajar di masjid nabawi.
3). Tempat pengembangan interpersonal skill dan live skill para sahabat dalam segala aspek.
4). Orang yang bertempat di masjid nabawi disebut "ahlussuffah".
Menurut pakar pendidikan Universitas Hadromaut Yaman DR. Abdul Qodir Al Habsyi : "Pada madrasah nabi terdapat tempat penginapan santri yang menginap dari orang-orang desa dan orang faqir. Disana mereka memadukan antara pendidikan dunia dan kegamaan hingga saat mereka menguasai suatu skill atau menemukan pekerjaan mereka pergi mencari rezeki dan mereka pulang pergi sehabis bekerja untuk belajar kembali dan melaksakan ibadah. Sesekali permainan dan latihan perang dilakukan di pelataran masjid seperti yang dilakukan beberapa orang Habasyi dan Rasululloh s.a.w beserta siti Aisyah melihat dari kamarnya. Hal ini banyak dijelaskan di hadits Bukhari Muslim"
Santri-santri alumnus "pesantren ahlussuffah" terbukti memiliki kualitas yang luar biasa seperti Abu Hurairah, Bilal bin Rabah, Salman al-Farisi, dan sekitar 70 lainnya yang kesemuanya memiliki kualitas ahli surga. Maka dari situ bisa disimpulkan bahwa masjid memberikan dua tugas yaitu pendidikan dan keislaman tanpa ada perbedaan yang jelas pada keduanya.
Kondisi seperti itu terus bertahan. Barulah dizaman Sayyidina Umar Amirul Mukminin terjadi renovasi dan beliau membangun tempat belajar baca tulis di zawiyah-zawiyah masjid Nabawi. Dan mulailah mengalami perkembangan pendidikan yang terkonsep bagi anak-anak dan remaja.
Dan setiap hari Jum'at merupakan free day hari libur bagi para santri Ahlussuffah untuk bersiap melaksanakan shalat Jum'at. Hari liburnya dimulai dari Dluhur hari Kamis. Dan peraturan ini terus berlangsung hingga saat ini di jazirah Arab. Dan beberapa Negara lain ikut meniru metode ini (lihat buku Tarbiyah Idariyah karya Abd Hayyi al-Kattani).
Hemat saya, nampaknya mas Tengku Wisnu terlalu cepat menarik kesimpulan apalagi terkait asensi bid'ah yang nampak jelas mengada-ngada. Kalaupun benar pesantren itu harus dikatakan bid'ah maka pertanyaan saya adalah "kalau bukan ke pesantren lalu dimana lagi lembaga pendidikan yang lebih terpercaya dan terjamin sanad keilmuannya?".
Para santri yang belajar di pesantren adalah orang orang yang menekuni dan mempelajari kajian keilmuan yang diwariskan dari para ulama'. dari spesifikasi bidang ilmu yang terkecil hingga yang terberat semua di pelajari di pesantren. Itu menempuh proses panjang bertahun tahun dan harus dengan penuh perjuangan bukan hanya sekedar belajar dari internet atau buku bacaan lalu menyimpulkan dan dan menjadi ustadz secara instan.
Oleh karena-nya pesantren menyediakan segalah fasilitas penunjang menyangkut kegiatan belajar mengajar para santri, dan asrama penginapan yang nyaman. Pesantren juga memiliki keunggulan dalam banyak hal dibanding lembaga pendidikan lain. Harvard University Amerika salah satu institusi yang mengadopsi konsep pesantren ini (lihat NUonline).
Memang Pesantren saat ini identik dengan Ulama Ahlussunnah Wal Jama'ah. Sebab yang masih mempertahankan tradisi ini secara konsisten adalah para ulama ahlussunnah wal jama'ah. Tetapi anehnya kalau mas tengku wisnu sebagai ustadz wahabi mengatakan bahwa pesantren itu bid'ah, justru di tempat asrama santri-santri wahabi sendiri juga mengusung konsep pesantren seperti yang banyak saya lihat di temukan di beberapa tempat belajar santri wahabi di yaman dan arab Saudi khususnya yang menghafal al-quran Di Indonesia beberapa pesantren wahabi juga banyak bertebaran.
Kesimpulannya pesantren dengan segala perkembangannya merupakan warisan turun temurun meniru konsep ahlussuffah yang dilakukan rosululloh s.a.w dan bukan termasuk bid'ah.
Yaman, 1 Maret 2016.
Eman Sulaeman, Mahasiswa syariah Univ. Imam Syafi'ie Hadromaut Yaman.
Sumber :muslimedianews.com
Source Article and Picture :
www.wartaislami.com
Seputar Menjawab Tuduhan Teuku Wisnu Bahwa Pesantren Itu Bid'ah
Terima kasih telah membaca Menjawab Tuduhan Teuku Wisnu Bahwa Pesantren Itu Bid'ah. Semoga pos dari situs web Artikel Islami berguna dan memberi manfaat. Baik untuk anda dan buat website
Artikel Islami. Silakan berbagi ulasan Menjawab Tuduhan Teuku Wisnu Bahwa Pesantren Itu Bid'ah tadi ke situs web media anda. Bagikan artikel dari Artikel Islami melalui media sosial yang ada di bawah. Dan kunjungi Daftar Isi Blog Artikel Islami untuk mendapat info lengkap terbaru 2017. Lalu baca pembahasan selain dari : Menjawab Tuduhan Teuku Wisnu Bahwa Pesantren Itu Bid'ah yang lebih terupdate lengkap dan free. Atau simak artikel gratis terkait dari situs web Artikel Islami di bawah. Demikan dan sekian tentang Menjawab Tuduhan Teuku Wisnu Bahwa Pesantren Itu Bid'ah. Dan Assalamualaikum pembaca Artikel Islami.