Santri Terbiasa Dengan Perbedaan, Tidak Kagetan Dan Bermental Baja,Ini Alasannya !!

- 6/26/2017

Santri Terbiasa Dengan Perbedaan, Tidak Kagetan Dan Bermental Baja,Ini Alasannya !!

 

Wartaislami.Com ~ Setelah beberapa hari menemani Mbah Kyai Ahmad Saidi, Pengasuh 1 PP Attauhidiyah Tegal, malam ini saya diaturi beliau untuk melihat berbagai kegiatan santri. Diantaranya malam ini kegiatan yang saya jumpai adalah kegiatan musyawarah kitab Fathul Mu'in kelas tsanawiyah. Indah sekali rasanya, seakan masa-masa dahulu sewaktu masih mondok terulang kembali.
Lewat kegiatan seperti inilah banyak tercetak kader dakwah yang bermental baja. Karena dalam suasana musyawarah kitab seperti ini pasti terdapat banyak problem, semisal digojlok lawan, dipojokkan, diremehkan, dan lain sebagainya. Hal ini sangat dibutuhkan mengingat banyaknya peserta musyawarah yang hadir dengan membawa argumen masing-masing dengan didasari dalil-dalil yang telah dipersiapkan. Dan mereka ingin mempertahankan pendapatnya masing-masing. Karena bila hal itu tidak dimiliki maka akan berdampak membunuh karakter seseorang, bukan malah membentuk mental yang kuat. Oleh karena itu persiapan mental harus matang.
Hal demikian adalah suatu yang lumrah dan wajar dalam forum musyawarah di Pesantren, karena tanpa hal itu pastilah musyawarah akan terasa hambar dan kurang fantastis. Dan tips untuk membantu mengatasi sikap seperti ini adalah, "balas kata-kata yang menyakitkan dari lawan debat dengan seulas senyuman". Dengan demikian kita akan dapat mengekspresikan ide dan pemikiran secara bebas dan tanpa malu, minder, grogi ataupun sakit hati.
Dalam musyawarah kitab seperti ini kita juga bisa melihat bahwa seorang santri memiliki 'Selera Berbeda'. Selera seperti ini akan dapat membantu meningkatkan sikap kritis dan ketajaman nalar. Artinya, berani punya pendapat nyeleneh dibanding dengan pendapat kebanyakan orang. Hal ini awalnya akan terdengar aneh di telinga para peserta musyawarah yang lain, karena mungkin akan dikatakan mengada-ngada atau caper (cari perhatian). Dan pastilah orang seperti ini banyak menuai kontroversi dari banyak pihak.
Namun, hal itu bukan berarti 100% salah tanpa adanya bukti yang konkrit. Malah apabila pendapat kontroversi itu bisa dipertahankan dan dipertanggungjawabkan, tidak menutup kemungkinan akan menjadi senjata untuk mengalahkan pendapat lawan debat. Bahkan dalam musyawarah kita juga akan menjumpai seorang santri yang tak kenal kompromi. Karena peserta musyawarah harus punya nyali kuat mempertahankan pendapatnya masing-masing sepanjang pendapatnya masih ia yakini kebenarannya.
Sikap yang demikian bukan berarti sikap yang memicu untuk menyalah-nyalahkan pendapat lawan musyawarah atau lawan debat dan meremehkannya serta menganggap pendapat diri sendiri yang paling benar. Namun hal ini penting dilakukan mengingat seorang santri juga haruslah konsistent dengan pendapat yang diusung dan tidak mudah goyah apabila disangkal dan dibantai oleh pendapat lawan. Lewat metode seperti inilah seorang santri diajarkan untuk menjadi insan yang kokoh dan tahan banting.
Dalam mengikuti Musyawarah Kitab, selain karena perintah, juga atas dasar niat yang kuat serta kesadaran yang tinggi untuk berubah menjadi pemikir yang lebih baik. Karena tanpa itu semua maka akan sia-sia belaka, harus dengan semangat yang tinggi (himmah aliyah)lah cita-cita dan harapan kan tergapai.
Memperoleh sebuah ilmu tidaklah semudah yang dibayangkan, tapi butuh perjuangan dan keistiqamahan. Ada sebuah sya’ir yang berbunyi:
بجد لا بجد كل مجد # فهل جد بلا جد بمجد
"Setiap keluhuran itu karena kesungguhan, bukan sekedar keturunan. Apa gunanya berketurunan orang yang mulia namun tidak punya kesungguhan?"
Dalam sebuah kalam hikmah disebutkan:
العلم لا يعطيك بعضه حتى تعطيه كلك
“Ilmu takkan sudi memberikan sebagian dirinya kepadamu, hingga kamu bersedia mempersembahkan dirimu sepenuhnya padanya (untuk ilmu).”
(Reportase Ust. Abdul Wahab di PP Attauhidiyah Giren, Talang, Tegal/ padhang-mbulan,org).
Sumber :muslimoderat.com


Source Article and Picture : www.wartaislami.com

Seputar Santri Terbiasa Dengan Perbedaan, Tidak Kagetan Dan Bermental Baja,Ini Alasannya !!

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Santri Terbiasa Dengan Perbedaan, Tidak Kagetan Dan Bermental Baja,Ini Alasannya !!