NU Gudangnya Kiai Eksentrik, Khariqul adah dan Nyleneh
NU Gudangnya Kiai Eksentrik, Khariqul adah dan Nyleneh | Referensi terbaru di 2017 via web Artikel Islami. Rekomendasi konten lengkap terbaik. - Artikel Islami. Artikel ini di beri judul NU Gudangnya Kiai Eksentrik, Khariqul adah dan Nyleneh. Konten ini untuk anda pembaca setia https://islamizona.blogspot.com/. Bagikan juga postingan NU Gudangnya Kiai Eksentrik, Khariqul adah dan Nyleneh terbaru ini ke media kalian. Supaya blog seputar Artikel Islami dan website terkait serta kamu mendapat manfaat dari info ulasan Artikel Islami di 2017 ini. Langsung saja baca dan simak mengenai NU Gudangnya Kiai Eksentrik, Khariqul adah dan Nyleneh di bawah ini dari situs web Artikel Islami.
Wartaislami.Com ~ NU (Nahdlatul Ulama) adalah gudang kiai berperilaku eksentrik. Istilah populer untuk eksentrisitas di kalangan pesantren adalah khariqul `adah, sebuah kata dari bahasa Arab yang berarti "di luar kebiasaan". K.H. Abdurrahman Wahid, memakai istilah khariqul `adah untuk dua pengertian yang substantif (isi) dan yang permukaan (kulit). Gus Dur, pernah memakai istilah tadi untuk menggambarkan kenyentrikan almarhum Gus Mik (Kiai Hamim Jazuli), seorang ulama masyhur dari Pesantren Alfalah Ploso, Kediri.
Gus Mik dianggap oleh banyak orang memiliki kemampuan supranatural. Banyak kesaktian ditempelkan pada reputasinya. Banyak orang yang rela antre berlama-lama untuk bisa bertemu dengan Gus Mik dengan berbagai
pamrih: ingin banyak rezeki, mau naik pangkat, menyembuhkan penyakit, sampai hajat untuk memperoleh nama untuk bayi yang baru lahir. Semuanya —dipercaya oleh para pengagumnya— bisa dibantu oleh Gus Mik. Kemampuan supranatural itu, dalam istilah eskatologi pesantren dinamakan khariqul `adah. Kalangan awam memandang kemampuan semacam itu sebagai suatu keanehan.
Namun, di mata Gus Dur, kenyentrikan Gus Mik terletak pada kearifannya. Melalui transendensi keimanannya, ia tidak lagi melihat perbedaan orang lain, kearifan Gus Mik tidak lagi membedakan satu orang dengan yang lainnya, bahkan pada orang yang berbeda keyakinan sekalipun. Contohnya, Gus Mik bersikap membimbing kepada Ayu Wedhayanti, seorang Hindu yang kini telah berpindah hati ke Islam, seperti yang dilakukannya terhadap Machica Mochtar, penyanyi asal Ujung pandang yang muslim.
Kenyentrikan lain kiai yang memiliki citra rasa terhadap berbagai macam kopi itu telah menembus rambu-rambu baik dan buruk di mata kebanyakan manusia. Karena itu, Gus Mik rela melepas baju kekyaiannya dalam bergaul. Beliau menganggap seorang bajingan dan seorang suci adalah sama-sama manusia, dan manusia memiliki potensi untuk memperbaiki diri.
"Kerinduan realisasi potensi kebaikan pada diri manusia inilah yang menurut saya menjadikan Gus Mik supranatural," kata Gus Dur dalam buku Gus Dur Menjawab Tantangan Zaman, terbitan Kompas, Jakarta, 1999.
Para kiai yang mengundang pesona eksotisme itu hadir sejak awal sejarah NU hingga kini. K.H. Muhammad Kholil (1835-1925), pendiri pesantren yang kini bernama Syaikhona I di Desa Kademangan, Bangkalan, misalnya. Kiai yang dianggap moyang para kiai supanatural itu memiliki kisah mistis-simbolis berkaitan dengan sejarah pembentukan NU. Guru para kiai besar di Jawa itulah yang menjadi penginspirasi pembentukan NU lewat isyarat penyerahan sebatang tongkat pada 1924, dan sebuah tasbih setahun kemudian, yang dikirim lewat Kiai As'ad Syamsul Arifin, pendiri Pesantren Asembagus, Situbondo, kepada K.H. Hasyim Asy'ari, murid Kiai Kholil yang kemudian terkenal sebagai pendiri NU.
K.H. Abdul Wahab Chasbullah (1888-1971), murid Kiai Kholil yang kemudian menjadi pengasuh Pesantren Tambakberas, Jombang, juga ketularan kelebihan gurunya. Salah seorang pendiri NU itu mempunyai andil dalam pencarian nama NU. Caranya pun lewat jalan spiritual. Konon, sebelum penentuan pilihan dari sejumlah nama, Kiai Wahab melakukan istikharah, salat untuk menentukan pilihan. Dalam suatu penglihatan mata batin, Kiai Wahab bertemu Sunan Ampel, seorang wali Jawa Timur, yang memberi blangkon dan sapu bulu ayam bergagang panjang. Tak jelas apa arti simbol itu. Tapi, menurut Hasib Wahab, anaknya, dalam penglihatan itulah Kiai Wahab memperoleh keputusan untuk menamakan organisasi kaum ulama tradisional itu dengan nama NU.
Kiai Wahab, yang sewaktu muda dijuluki macan oleh Kiai Kholil Bangkalan dalam sejarahnya selain jago berdebat politik juga dikenal sebagai pendekar silat.
Ada cerita, suatu waktu di Desa Tambakberas berlangsung pertandingan pencak silat. Semua jago silat di Jawa Timur konon turun gelanggang. Salah satu jagoannya Djojo Rebo, dikenal kebal oleh masyarakat setempat. Ketika hampir semua pendekar takluk padanya, seketika itu Djojo Rebo melihat kehadiran Kiai Wahab yang hanya sebagai penonton. Padahal Gus Dul, (panggilan akrab Kiai Wahab) dikenal jago silat.
Djojo Rebo pun menantangnya. "Gus Dul, ayo turun kemari. Keluarkan seluruh ajimat yang kamu bawa dari Mekkah, ayo kita bertarung," kata Djojo Rebo.
Kiai Wahab yang baru saja pulang dari pengembaraan mencari ilmua agama di tanah suci itu tak bisa menolak tantangan Djojo Rebo. Akhirnya mau tidak mau tantangan itu memaksa Kiai Wahab harus turun juga. Tidak kalah dengan Djojo Rebo sekilas Kiai Wahab Mengeluarkan jurus, jurus yang dipakai begitu unik, dimana ia hanya berdiri mematung dengan sorot mata memandang ke mata Djojo Rebo. Tiba-tiba tubuh Djojo Rebo terempas dan melayang bagai kapas hingga jatuh ke tanah.
.
Kisah-kisah supranatural bertebaran di kalangan NU. Salah satu faktornya adalah karena sebagian kiai nahdliyin ikhlas menjalankan tradisi sufisme. Seperti kata doktor sejarah dan kebudayan Andree Fellard dalam buku NU vis-à-vis Negara, para kiai yang tergabung dalam tarekat memiliki pengaruh yang paling kokoh terhadap masyarakat luas di pesantren ataupun di luar wilayah desanya. Pengaruh yang mereka dapatkan datang dari kepercayaan masyarakat terhadap bakat supranatural yang dimiliki kiai sebagai penyembuh maupun pengusir makhluk halus. Juga sebagai penasihat rumah tangga. Ketersohoran kiai tarekat telah turut mengimbangi memudarnya otoritas ulama dan ahli fikih yang pernah berpindah ke tangan birokrasi.
Kiai dengan kelebihan supranatural masih hadir hingga masa menjelang pergantian abad ke-21. Lora Kholil, 31 tahun adalah kiai muda yang memiliki percikan khoriqul `adah di masa kini. Pamornya itu amat kondang di Situbondo. Bukan hanya karena pengaruh nama besar K.H. As'ad Syamsul `Arifin, ayahanda dan pendiri Pesantren Asembagus Situbondo, tetapi dia sendiri memiliki aura kewibawaan. Berbadan ceking, selalu bersarung dengan surban putih, pengasuh Pesantren Walisongo Situbondo itu berhasil "menaklukkan" ribuan anak jalanan (preman) pada awal 1990-an.
Dari sayap lain, K.H. Ahmad Mustofa Bisri dari Pesantren Raudlatut Thalibin Rembang, memilih untuk tidak memiliki kelebihan supranatural dengan menekankan tasawuf pada aspek akhlak dan pengolahan interioritas batin. Toh, kekuatan supranatural bisa dipelajari setiap orang (lihat juga: Mukjizat, Mata Ketiga, dan Sains). Juga K.H. Habib Luthfi, seorang ulama tasawuf yang lebih suka menebarkan pesona musikal. Menyikapi kenyentrikan kiai, Gus Dur memberikan contoh terbaik mengagumi yang substansi daripada yang permukaan.
Sumber : muslimoderat
Source Article and Picture :
www.wartaislami.com
Seputar NU Gudangnya Kiai Eksentrik, Khariqul adah dan Nyleneh
Terima kasih telah membaca NU Gudangnya Kiai Eksentrik, Khariqul adah dan Nyleneh. Semoga pos dari situs web Artikel Islami berguna dan memberi manfaat. Baik untuk anda dan buat website
Artikel Islami. Silakan berbagi ulasan NU Gudangnya Kiai Eksentrik, Khariqul adah dan Nyleneh tadi ke situs web media anda. Bagikan artikel dari Artikel Islami melalui media sosial yang ada di bawah. Dan kunjungi Daftar Isi Blog Artikel Islami untuk mendapat info lengkap terbaru 2017. Lalu baca pembahasan selain dari : NU Gudangnya Kiai Eksentrik, Khariqul adah dan Nyleneh yang lebih terupdate lengkap dan free. Atau simak artikel gratis terkait dari situs web Artikel Islami di bawah. Demikan dan sekian tentang NU Gudangnya Kiai Eksentrik, Khariqul adah dan Nyleneh. Dan Assalamualaikum pembaca Artikel Islami.