Masih Banyak yang Tak Tahu, Puisi soal Tahlil Ini Bukan Karya Gus Mus

- 3/10/2017

Masih Banyak yang Tak Tahu, Puisi soal Tahlil Ini Bukan Karya Gus Mus

 

Puisi berjudul “Kau Ini Bagaimana atawa Aku Harus Bagaimana” yang dibuat KH A Mustofa Bisri (Gus Mus) pada tahun 1987 memiliki versi tiruannya. Puisi “aspal” yang dibuat belakangan ini mengambil judul dan stuktur kalimat yang mirip karya Gus Mus namun mengulas makna yang amat berbeda.
Puisi versi tiruan ini berisi sindiran kepada orang-orang yang gemar memvonis bid’ah, sesat, kafir, atau musyrik, terhadap sejumlah amalan ibadah semacam tahlil, shalawatan, ziarah, dan lainnya.
Meski sudah diklarifikasi berkali-kali, puisi ini masih tersebar di dunia maya, termasuk media sosial, dalam bentuk teks juga poster yang menyertakan foto Gus Mus. Bahkan, Senin (23/5) kemarin, puisi tiruan tersebut dibacakan oleh seorang mahasiswa dan dikenalkan sebagai karya Gus Mus di sela acara bedah buku "Fiqh Sosial: Masa Depan Fiqh di Indonesia" di UIN Syarif Hidayatullah, Ciputat, Tangerang Selatan.
Ienas Tsuroiya, putri Gus Mus, yang hadir dalam acara itu pun lantas meluruskan di hadapan forum. Menurutnya, hingga kini pencipta puisi itu belum diketahui. Puisi yang dibaca mahasiswa dengan sangat ekspresif itu adalah puisi yang meniru salah satu puisi Gus Mus yang terkenal sampai ke Negeri Jiran, "Kau Ini Bagaimana atawa Aku Harus Bagaimana".
Jauh sebelum itu, Gus Mus memberitahukan melalui media sosial Twitter dan Facebook bahwa puisi itu bukan karyanya, tanpa menyinggung konten dari puisi tersebut
“Sudah berapa kali aku, anak-anakku, kawan-kawan dekatku mengklarifikasi bahwa itu BUKAN puisiku. Tapi terus saja ada yang menyebarkannya dengan memasang fotoku. Mengapa yang membuat puisi ini tidak berani mengakui sebagai karyanya atau menggunakan nama samaran apalah tanpa membawa nama dan fotoku,” tulisnya di akun Facebook pribadinya.
Berikut puisi tiruan yang diatasnamakan Gus Mu situ:
Aku Pergi Tahlil, kau bilang itu amalan Jahil
Aku Baca Shalawat Burdah, kau bilang itu bid’ah
Lalu aku harus bagaimana…?
Aku bertawasul dengan baik, kau bilang aku musrik
Aku ikut majlis dzikir, kau bilang aku kafir
Lalu aku harus bagaimana…
Aku sholat pakai lafadz niat, kau bilang aku sesat
Aku mengadakan maulid, kau bilang tak ada dalil yang valid
Lalu aku harus bagaimana…?
Aku gemar berziarah, kau bilang aku alap-alap berkah
Aku mengadakan selametan, kau bilang aku pemuja setan
Lalu aku harus bagaimana…?
Aku pergi yasinan, kau bilang itu tak membwa kebaikan
Aku ikuti tasawuf sufi, malah kau suruh aku menjauhi
Ya Sudahlah… aku ikut kalian…
Kan ku pakai celana cingkrang, agar kau senang
Kan kupanjangkan jenggot, agar dikira berbobot
Kan ku hitamkan jidad, agar dikira ahli ijtihad
Kan sering ku menghujat, biar dikira hebat
Kan sering ku mencela, biar dikira mulia
Ya sudahlah…
Aku pasrah pada Tuhan yang ku sembah…
Hingga berita ini dimuat, puisi tersebut masih bisa ditemukan dengan mudah di sejumlah blog dan media sosial. Beberapa turut meluruskan, tapi lebih banyak yang menganggapnya sebagai karya Mustasyar PBNU itu. (Mahbib) via nu online


Source Article and Picture : www.wartaislami.com

Seputar Masih Banyak yang Tak Tahu, Puisi soal Tahlil Ini Bukan Karya Gus Mus

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Masih Banyak yang Tak Tahu, Puisi soal Tahlil Ini Bukan Karya Gus Mus